Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Terhadap Tanaman Bawang Daun (Allium Fistulosum L).

ABSTRAK

Pada saat terjadi krisis ekonomi di Indonesia, komoditas hortikultura yang meliputi tanaman sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias merupakan salah satu pemicu pertumbuhan ekonomi baru pada sektor pertanian. Bahkan beberapa produk komoditas sayuran Indonesia telah menjadi mata dagang ekspor dan sumber devisa negara. Oleh karena itu, produksi, produktivitas, dan kualitas sayuran nasional perlu ditingkatkan terutama untuk jenis sayuran potensial yang selama ini belum mendapat perhatian. Salah satu jenis komoditas sayuran potensial dan layak dikembangkan secara intensif dalam skala agribisnis adalah bawang daun (Allium fistulosum L.) (Setiawati, 2007 dalam Fuzianti, 2015).

Berdasarkan data dari Almaisarah (2006), Produksi bawang daun Kalimantan Selatan pada tahun 2004 tercatat sebesar 148 ton dengan luas panen sebesar 120 ha. Dengan demikian rata-rata hasil produktivitasnya mencapai 1,23 ton/ha. Karena rendahnya hasil bawang daun tersebut terutama diKalimantan Selatan maka usaha untuk meningkatkan produksi bawang daun, pemerintah telah melaksanakan intensifikasi usaha tani, ekstensifikasi dan diversifikasi serta rehabilitasi lahan. Akibat terjadinya penurunan produktivitas lahan sawah intensifikasi di pulau jawa, maka usaha pengembangannya diarahkan pada usaha ekstenfikasi lahan kering diluar pulau jawa yang umumnya didominasi oleh jenis tanah ultisol yang mempunyai produktifitas tanah yang rendah, namun bisa dimanfaatkan sebagai lahan pertanian (Suwardjo, 1986).

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah kaca Hortibun dan di Laboratorium Ilmu Tanah milik Fakultas Pertanian ULM Banjarbaru. Penelitian dilaksanakan selama tiga  bulan, pada bulan maret sampai bulan mei 2017. Penelitian ini merupakan percobaan yang dilakukan didalam Rumah Kaca dengan Rancangan Acak Lengkap  (RAL) satu faktor.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik dengan berbagai jenis pupuk yaitu dengan menggunakan pupuk kandang (kotoran sapi,ayam, kambing) dan pupuk hijau (daun kirinyuh, kayu apu dan eceng gondok) tidak berpengaruh nyata pada peubah yang diamati yaitu pada tinggi tanaman, jumlah tunas, jumlah daun, dan berat basah dan berat kering pada tanaman daun bawang.

Kata kunci : Pupuk organik, Tanaman Bawang Daun.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Daun bawang merupakan tanaman semusim yang berbentuk rumput. Dalam kebutuhan sehari-hari menduduki tempat yang penting sesudah bawang merah. Hampir setiap orang menyukai bawang daun, karena dapat memberikan rasa enak pada sayuran, terutama pada bakmi dan masakan  – masakan cina lainnya. Lagi pula nilai gizi bawang daun ini lebih baik dari pada bawang merah dan banyak mengandung vitamin A, sedikit vitamin B serta vitamin C.

Daun Bawang merupakan komoditas unggulan yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi dan keberadaannya cukup dibutuhkan di pasaran. Menurut Suwandi (2009), tanaman pertanian terutama sayuran merupakan komoditas penting untuk menunjang kebutuhan gizi dan kesehatan masyarakat karena memiliki keragaman yang luas dan berperan sebagai sumber vitamin, dan mineral yang bernilai ekonomi tinggi. Perlu adanya upaya budidaya yang ramah lingkungan, salah satunya dengan menggunakan pupuk organik. Berdasarkan pentingn ya pengembangan pupuk organik yang berkualitas maka diperlu kan upaya untuk terus memilih formulasi pupuk organik yang tepat dalam rangka meningkatkan produktivitas lahan, sehingga diperoleh tanaman yang memiliki hasil maksimal dengan input yang rendah.

Pentingnya penggunaan pupuk organik dalam suatu budidaya tanaman sangat diperlukan karena dapat mengembalikan produktivitas lahan. Menurut Ningsih (2005), salah satu upaya untuk mengendalikan kerusakan tanah adalah dengan mengurangi penggunaan pupuk sintetis dan meningkatkan penggunaan pupuk organik. Masing-masing jenis pupuk organik berpengaruh berbeda pada setiap tanaman, sehingga perlu perlakuan pupuk organik yang tepat untuk tanaman sayuran tertentu.

Konsumsi unsur hara oleh tanaman juga berbeda, bergantung pada umur fisiologis tanaman tersebut (Tisdale et. al., 1985 dan Wien, 1997 dalam Suwandi, 2009). Perbedaan kebutuhan hara tanaman disebabkan oleh perbedaan kemampuan tanaman atau varietas menyerap hara dan perbedaan pengelolaan input produksi (Hilman dan Suwandi, 1992). Menurut Syarief (1993), pemupukan yang sesuai dengan unsur hara tanah dapat meningkatkan kesuburan kimiawi tanah sehingga sesuai dengan kebutuhan tanaman. Berbagai macam cara terus dikembangkan guna terciptanya pupuk organik yang berkualitas. Pupuk organik dapat diperkaya dengan bahan mineral (Permentan, 2011).

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                

Rumusan Masalah

1.        Apakah terdapat pengaruh pemberian beberapa jenis pupuk organik yang digunakan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman daun bawang ?

2.        Apakah terdapat jenis pupuk organik terbaik yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanman daun bawang ?

 

Hipotesis

1.        Pemberian jenis pupuk organik berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan dan hasil tanaman daun bawang (Allium fistulosum L).

2.        Salah satu jenis pupuk organik akan memberikan peningkatan pertumbuhan dan hasil tanaman daun bawang (Allium fistulosum L) terbaik.

 

Tujuan Penelitian

1.        Untuk mengetahui pengaruh pemberian macam jenis bahan organik terhadap pertumbuhan tanaman daun bawang (Allium fistulosum L).

2.        Untuk mengetahui peningkatan respon pertumbuhan dan hasil tanaman bawang daun (Allium fistulosum L) terhadap pemberian beberapa  macam jenis pupuk organic.

 

Manfaat Penelitian

1.        Dapat membuktikan peranan pupuk organik dalam meningkatkan kandungan unsur hara pada tanaman daun bawang (Allium fistulosum L).

2.        Dapat menerapkan penggunaan pupuk organik bagi para petani dalam meningkatkan hasil produksi pada tanaman daun bawamg (Allium fistulosum L).

 

METODE PENELITIAN

Bahan dan Alat

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Media Tanam, Bibit Bawang Daun, Pupuk kandang kotoran sapi, Pupuk kandang kotoran kambing, Pupuk kandang kotoran ayam, Pupuk hijau tanaman eceng gondok, Pupuk hijau tanaman kirinyuh, Pupuk hijau tanaman kayu apu, Polybag dan Air.

 

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cangkul, Karung, Kamera, Meteran, Parang, Timbangan digital, Timbangan biasa, Gembor, Oven, Terpal  Ayakan dan Alat tulis.

 

Tempat dan Waktu

 

Penelitian ini dilaksankan di Rumah Kaca Hortibun dan di Laboratorium Ilmu Tanah milik Fakultas Pertanian ULM Banjarbaru. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu, pada bulan maret sampai bulan mei 2017.

 

Metode Percobaan

Penelitian ini merupakan percobaan di Hortibun dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari satu faktor perlakuan yaitu bahan organik yang terdiri dari tujuh perlakuan yaitu :

A : Kontrol (Tanpa Perlakuan)

B : Pupuk Kandang Sapi (Ternak Besar) dengan menggunakan dosis 10 ton/ha

C :Pupuk Kandang Kambing (Ternak Besar) dengan menggunakan dosis 10 ton/ha

D :Pupuk Kandang Ayam (Ternak Unggas) dengan menggunakan dosis 10 ton/ha

E :Pupuk Hijau Enceng Gondok (Gulma Air) dengan menggunakan dosis 10 ton/ha

F : Pupuk Hijau Kayu apu (Gulma Air) dengan menggunakan dosis 10 ton/ha

G : Pupuk Hijau Krinyu (Gulma) dengan menggunakan dosis 10 ton/ha

Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali ulangan, sehingga diperoleh 21 satuan percobaan perlakuannya.

       

Persiapan penelitian

Pengolahan Media Tanaman

Tanah yang akan dijadikan media tanaman untuk tanaman daun bawang dicangkul hingga gembur, kemudian dicampurkan dengan berbagai jenis pupuk yang digunakan dengan dosis yang telah ditentukan dan dimasukkan kedalam polybag yang telah disediakan kemudian dipadatkan dan disiram hingga jenuh selama dua minggu. Setelah media siap, tanaman daun bawang dapat langsung ditanam pada polybag yang telah diisi media tersebut.

 

Pembuatan Pupuk Hijau

Pupuk hijau diperoleh dengan mengumpulkan tanaman enceng gondok, kayu apu, dan kirinyuh. Tanaman yang telah terkumpul dipisahkan dari batang kerasnya, diambil daun dan tangkai daunnya serta pucuknya yang masih muda, selanjutnya tanaman dicincang dengan panjang kurang lebih 1 cm, tanaman yang sudah dicincang selanjutnya ditimbang sebanyak 250 g, kemudian dibenamkan kedalam tanah pada tiap polybag dan di inkubasi selama dua minggu dengan diberi penyiraman setiap hari pada sore hari (jika tidak turun hujan) untuk menjaga kelembaban tanah.

 

Pelaksanaan Penelitian

Penanaman

            Bibit yang diperoleh dari petani berupa bibit bawang daun anakan yang berumur satu bulan dan dipilih yang seragam, kemudian dipindahkan kedalam polybag. Jumlah bibit yang ditanam dua bibit per polybag. Rata-rata tinggi bibit bawang daun  ± 20 cm, penanaman dilakukan dengan cara melubangi tanah kemudian bibit bawang daun ditanam dengan posisi tegak (berdiri), Kemudian tanah di padatkan pelan-pelan disekitar pangkal batang, setelah selesai penanaman dilakukan penyiraman. penanaman dilakukan pagi hari sehingga tidak terkena matahari langsung.

 

Pemupukan

            Pemupukan dilakukan di awal pengolahan media tanam. Pupuk yang diberikan untuk pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing, pupuk hijau enceng gondok, pupuk hijau kayu apu, dan pupuk hijau kirinyu diberikan sesuai dengan perlakuan pada pemberian dosis yang sama dalam per polybag.

 

Pemeliharaan

            Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyulaman, penyiangan, dan penyiraman. Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang mati. penyulaman dilakukan satu minggu setelah penanaman. Penyiangan dilakukan satu minggu jika terdapat gulma yang tumbuh disekitar tanaman yang nampak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman daun bawang dengan cara dicabut. Penyiraman dilakukan secara rutin baik pagi maupun sore, kecuali jika turun hujan tidak dilakukan penyiraman.

 

Panen

            Setelah dilakukan pemeliharaan bawang daun selama dua bulan maka daun bawang sudah dapat dipanen dengan mencabut daun bawang sampai ke akar. Tanda tanaman yang akan di panen yaitu tanaman yang beberapa helai daun mulai menguning atau mengering. Panen dilakukan pada pagi hari agar tidak cepet mengalami kelayuan karna sinar matahari.

 

Pengamatan

 

Pengamatan dilakukam terhadap peubah – peubah sebagai berikut :

1.        Tinggi tanaman, pengukuran tinggi tanaman dilakukan mulai dari pangkal batang sampai dengan ujung tanaman yang tertinggi. Pengukuran dilakukan pada umur 4, 5, 6, dan 7 minggu setelah tanam.

2.        Jumlah daun, diperoleh dengan menghitung banyaknya daun setiap rumpun pada polybag yang akan ditanam. Pengamatan dilakukan pada 4, 5, 6, dan 7 minggu setelah tanam.

3.        Jumlah anakan, diperoleh dengan menghitung banyaknya anakan pada setiap induk, yaitu tunas baru yang tumbuh dari pangkal batang induknya dan telah memperlihatkan daunnya. Pengamatan dilakukan pada umur 4, 5, 6, dan 7 minggu setelah tanam.

4.        Berat basah tanaman, berat basah tanaman diperoleh degan cara menimbang tanaman bagian batang dan daun. Dilakukan setelah tanaman dipanen.

5.        Berat kering tanaman, berat kering tanaman bagian batang dan daun diperoleh dengan cara menimbang tanaman yang telah dioven pada temperatur 80oC selama 24 jam.

6.        Hama dan Penyakit, sebagai parameter pendukung untuk mengetahui hama dan penyakit yang terserang pada tanaman daun dawang.

7.        Kandungan C-organik, N-total, dan P-total.

 

Analisis Data

 

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap perbedaan pengaruh antara kontrol dan kombinasi perlakuan dilakukan analisis dengan ANOVA. untuk menggambarkan analisis perbandingan nilai tengah perlakuan akan menggunakan metode kontras ortogonal dengan rancangan perbandingan yaitu :

1.    P1    : kontrol Vs  pupuk Organik (A Vs B, C, D, E, F, G)

2.    P2    : kontrol Vs  pupuk Kandang (A Vs B, C, D)

3.    P3    : kontrol Vs  pupuk Hijau (A Vs  E, F, G)

4.    P4    : Pupuk Hijau Vs Pupuk Kandang (B, C, D Vs  E, F, G)

5.    P5     : Unggas Vs Ternak Besar  (B, C Vs  D)

6.    P6     : Gulma Vs Gulma Air (E, F Vs G) 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Hasil

 

            Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi semua peubah pengamatan, Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa peubah peubah pengamatan ragam homogen. Dengan demikian, semua peubah pengamatan yang homogen layak untuk dilakukan analisis ragam dengan menggunakan kontras ortogonal.

 

Tinggi Tanaman

            Berdasarkan hasil analisis ragam tinggi tanaman pada umur 5, 6, 7, dan 8 minggu setelah tanam, menunjukkan data homogen sehingga dapat dianalisis keragaman dengan menggunakan kontras ortogonal menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang (Kotoran sapi, ayam, dan kambing) dengan pupuk hijau (Daun kayu apu, enceng gondok, dan kirinyuh) tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dilihat pada Tabel 5.

 

Tabel 5. Uji analisis kontras ortogonal pemberian pupuk kandang (Kotoran sapi, ayam, dan kambing) dengan pupuk hijau (Daun kayu apu, enceng gondok, dan kirinyuh) terhadap tinggi tanaman pada umur 5 mst, 6 mst, 7mst, dan 8 mst.

Perlakuan

F-hitung

5 mst

6 mst

7 mst

8 mst

P0

1,43 ns

1,32 ns

0,56 ns

1,44 ns

P1

0,42 ns

0,43 ns

0,23 ns

0,04 ns

P2

0,94 ns

1,59 ns

0,48 ns

0,31 ns

P3

0,06 ns

0,00 ns

0,04 ns

0,03 ns

P4

1,08 ns

3,38 ns

0,46 ns

1,09 ns

P5

1,00 ns

2,13 ns

1,22 ns

7,13 **

P6

3,36 ns

0,85 ns

0,87 ns

0,31 ns

Keterangan : P0 : kontrol, P1 : kontrol vs pupuk organik, P2 : kontrol vs pupuk kandang, P3 : kontrol vs pupuk hijau, P4 : pupuk kandang vs pupuk hijau, P5 : ternak besar vs unggas, P6 : gulma vs gulma air. ** : berbeda sangat nyata menurut uji F-hitung pada taraf nyata 0.05 %, ns : tidak berbeda nyata, mst : minggu setelah tanam.

 

Hasil pada tabel 5 menunjukkan bahwa tinggi tanaman tertinggi umur 5 mst terlihat pada perlakuan P6 yaitu 3,36 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Tinggi Tanaman tertinggi umur 6 mst yaitu terlihat pada perlakuan P4 yaitu 3,38 namun hasil tersebut dikatakan tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Tinggi Tanaman tertinggi umur 7 mst yaitu terlihat pada perlakuan P5 yaitu 1,22 namun hasil tersebut dikatakan tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Tinggi Tanaman tertinggi umur 8 mst yaitu terlihat pada perlakuan P5 yaitu 7,13 hasil tersebut dikatakan sangat berbeda nyata, tetapi hanya berbeda nyata terhadap perlakuan P0, P1, P2, P3, P4, dan P6 menunjukkan hasil tidak berpengaruh nyata.

 

Jumlah Daun Per Rumpun

            Hasil dari pengamatan jumlah daun dilakukan pada umur 5 mst, 6 mst, 7 mst, dan 8 mst menunjukkan data homogen sehingga dapat dianalisis keragaman dengan menggunakan kontras ortogonal. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kandang dengan pupuk hijau tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun ditunjukkan pada tabel 7.

 

Tabel 7. Uji analisis kontras ortogonal pemberian pupuk kandang (kotoran sapi, ayam, dan kambing ) dengan pupuk hijau (daun kayu apu, enceng gondok, dan kirinyuh) terhadap jumlah daun  pada umur 5 mst, 6 mst, 7mst, dan 8 mst.

Perlakuan

F-hitung

5 mst

6 mst

7 mst

8 mst

P0

0,42 ns

0,76 ns

1,51 ns

1,31 ns

P1

0,00 ns

0,61 ns

3,25 ns

1,06 ns

P2

0,13 ns

0,83 ns

4,93 ns

1,99 ns

P3

0,13 ns

0,30 ns

1,33 ns

0,26 ns

P4

1,08 ns

0,27 ns

2,27 ns

1,61 ns

P5

0,00 ns

1,07 ns

1,91 ns

4,35 ns

P6

0,27 ns

1,35 ns

1,01 ns

0,13 ns

Keterangan : P0 : kontrol (Tanpa perlakuan), P1 : kontrol vs pupuk organik, P2 : kontrol vs pupuk kandang, P3 : kontrol vs pupuk hijau, P4 : pupuk kandang vs pupuk hijau, P5 : ternak besar vs unggas, P6 : gulma vs gulma air, ns : tidak berpangaruh nyata, mst : minggu setelah tanam.

 

Bedasarkan Tabel 7 diketahui bahwa rata-rata jumlah daun perumpun pada umur 5 mst, 6 mst, 7 mst, dan 8 mst menunjukkan perlakuan tidak berpengaruh nyata pada pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang dengan pupuk hijau. Namun demikian berdasarkan hasil analisis kontras ortogonal, pengaruh perlakuan tunggal pupuk organik tidak  berpengaruh nyata terhadap rata-rata jumlah daun perumpun, sehingga tidak dapat dilanjutkan  uji lanjutan nilai tengah BNT taraf  5 % terhadap peubah yang di amati.

 

Jumlah Tunas

 

Hasil analis ragam bahwa pemberian pupuk organik berupa (kotoran sapi, ayam, dan kambing) dengan pupuk hijau (daun kayu apu, enceng gondok, dan kirinyuh) tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan perumpun umur 5 mst, 6 mst, 7 mst, dan 8 mst sehingga tidak dilakukan uji berupa uji BNT pada taraf 5 % dapat dilihat pada tabel 9.

 

Tabel 9. Uji analisis kontras ortogonal pemberian pupuk kandang (Kotoran sapi, ayam, dan kambing ) dengan pupuk hijau (Daun kayu apu, enceng gondok, dan kirinyuh) terhadap jumlah tunas pada umur 5 mst, 6 mst, 7 mst, dan 8 mst.

Perlakuan

F-hitung

5 mst

6 mst

7 mst

8 mst

P0

0,14 ns

0,67 ns

0,60 ns

2,20 ns

P1

0,02 ns

0,32 ns

0,18 ns

0,00 ns

P2

0,00 ns

0,00 ns

0,04 ns

0,31 ns

P3

0,08 ns

1,12 ns

0,35 ns

0,31 ns

P4

0,17 ns

2,24 ns

0,31 ns

2,47 ns

P5

0,00 ns

0,00 ns

1,24 ns

2,47 ns

P6

0,67 ns

1,44 ns

0,70 ns

0,00 ns

Keterangan : P0 : kontrol ( Tanpa perlakuan), P1 : kontrol vs pupuk organik, P2 : kontrol vs pupuk kandang, P3 : kontrol vs pupuk hijau, P4 : pupuk kandang vs pupuk hijau, P5 : ternak besar vs unggas, P6 : gulma vs gulma air, ns : tidak berpangaruh nyata.

 

Berdasarkan pada tabel Tabel 9 Uji analisis kontras ortogonal pemberian pupuk kandang (Kotoran sapi, ayam, dan kambing ) dengan pupuk hijau (Daun kayu apu, enceng gondok, dan kirinyuh) terhadap jumlah tunas pada umur 5 mst, 6 mst, 7 mst, dan 8 mst menunjukkan hasil tidak berpengaruh nyata sehingga memiliki rata-rata jumlah tunas tertinggi yaitu pada perlakuan P4 (pupuk kandang vs pupuk hijau) dan P5 (ternak besar vs unggas) dengan nilai 2,47 dibandingkan dengan menggunakan perlakuan pupuk organik lainnya.

 

 

 

Berat Basah dan Berat Kering

 

Berdasarkan pada tabel Tabel 11 Uji analisis kontras ortogonal pemberian pupuk kandang (Kotoran sapi, ayam, dan kambing ) dengan pupuk hijau (Daun kayu apu, enceng gondok, dan kirinyuh) terhadap berat basah dan berat kering tanaman bawang daun pada menunjukkan hasil tidak berpengaruh nyata sehingga tidak bisa dilanjutkan ke uji BNT 5 %.

 

Tabel 11. Uji analisis kontras ortogonal pemberian pupuk kandang (Kotoran sapi, ayam, dan kambing ) dengan pupuk hijau (Daun kayu apu, enceng gondok, dan kirinyuh) terhadap jumlah tunas pada umur 5 mst, 6 mst, 7 mst, dan 8 mst.

Perlakuan

F-hitung

Berat basah

Berat kering

P0

0,37 ns

0,36 ns

P1

0,42 ns

1,36 ns

P2

0,42 ns

0,75 ns

P3

0,32 ns

1,74 ns

P4

0,02 ns

0,41 ns

P5

0,93 ns

0,04 ns

P6

0,21 ns

0,01 ns

Keterangan : P0 : kontrol (Tanpa perlakuan), P1 : kontrol vs pupuk organik, P2 : kontrol vs pupuk kandang, P3 : kontrol vs pupuk hijau, P4 : pupuk kandang vs pupuk hijau, P5 : ternak besar vs unggas, P6 : gulma vs gulma air, ns : tidak berpangaruh nyata.

 

Pembahasan

 

Hasil pengamatan jumlah daun, jumlah tunas, berat basah dan berat kering tanaman dengan menggunakan perlakuan pupuk kandang (kotoran sapi, ayam dan kambing) tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata hal ini yang di duga menyebabkan pemberian pupuk kotoran sapi, ayam, dan kambing tidak sempurna diserap. Akan tetapi pada pengamatan tinggi tanaman terdapat pengaruh sangat nyata saat umur 8 mst dikarenakan perlakuan menggunakan pupuk kandang antara ternak besar dengan unggas dikarenakan unsur hara nya paling tinggi karena tanaman bawang daun memerlukan pupuk yang banyak mengandung unsur N untuk memaksimalkan pertumbuhan daun. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam sangat tinggi kandungan unsur N (2,71%), dibandingkan pupuk yang berasal dari kotoran hewan lainnya (Laude dan Tambing, 2010). 

Dari hasil pengamatan, jumlah daun, jumlah tunas, berat basah dan berat kering tanaman dengan menggunakan perlakuan pupuk hijau (daun kirinyuh, kayu apu, dan enceng gondok) tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata hal ini dikarenakan penyerapan bahan organik belum maksimal. Selain itu pupuk organik memerlukan waktu lama untuk dapat terkomposisi secara alami sebelum unsur hara dapat tersedia bagi tanaman. Pupuk organik umumnya memiliki reaksi yang lebih lambat dari pada pupuk anorganik yang lebih cepat dapat diserap tanaman sebagai sumber hara. Selanjutnya seperti yang disampaikan oleh Maya dkk. (2008) ketersediaan hara dari pupuk organik umumnya lebih lambat dibandingkan pupuk buatan sehingga unsur hara dari pupuk organik yang diberikan belum diserap oleh tanaman secara optimal. Pupuk organik kemungkinan besar akan berpengaruh nyata jika tanaman yang dibudidayakan memiliki umur panen yang lebih lama.

Pengaruh pemberian dosis pada pupuk organik dalam penelitian memiliki rentan dosis perlakuannya sedikit juga bisa mempengaruhi hasil menunjukkan tidak berpengaruh nyata dikarenakan reaksi yang lambat, pupuk organik juga tidak mengandung konsentrasi hara yang cukup besar seperti pupuk buatan, akan tetapi ada kemungkinan besar dosis pupuk organik diberikan dalam jumlah banyak dosis kebutuhan pupuk sehingga hasil apa yang di inginkan tercapai sempurna dan hasil bisa berpengaruh nyata.

Berdasarkan hasil penelitian pada semua peubah tidak berbeda nyata diduga diakibatkan karena faktor lingkungan sebagaimana menjelaskan iklim merupakan peubah utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara, pertumbuhan tanaman juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang lain seperti air, kelembaban udara dan suhu (Handoko, 1994).

Pertumbuhan bawang daun yang diutamakan adalah pertumbuhan vegetatif, dimana pada fase ini terjadi pembelahan, perpanjangan dan diferensiasi sel yang memerlukan unsur hara dalam jumlah yang sangat besar. Laju pertumbuhan tergantung pada persediaan karbohidrat dan protien yang bersumber dari unsur hara dalam tanah yang dapat diserap oleh tanaman (Sri Setyati Hardjadi, 1980).

Soetedjo (1993) menyatakan bahwa pemberian pupuk yang sesuai dengan dosis akan memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan tanaman. Dengan demikian, kombinasi pupuk kandang dan pupuk hijau harus memperhatikan dosis pupuk karena dosis yang terlalu sedikit akan menyebabkan tanaman bawang daun kekurangan unsur hara N sehingga daun tanaman bawang daun akan menguning seperti terbakar dan akhirnya mati kering. Lebih lanjut ditegaskan oleh Lingga dan Marsono (2003), apabila dosis berlebihan akan menjadi racun bagi tanaman, sebaliknya bila kekurangan pertumbuhan tanaman tidak mengalami perubahan. Selanjutnya oleh Novizan (2002) menyatakan bahwa pemupukan yang efisien adalah pemupukan yang berfungsi menambah unsur hara yang tersedia dalam jumlah yang sedikit di dalam tanah. Dampak pemupukan yang efisien akan terlihat pada pertumbuhan tanaman yang optimal dan keuntungan usaha tani yang baik dan menguntungkan. Dengan demikian pemupukan menggunakan pupuk kandang dan pupuk hijau merupakan salah satu cara untuk memperbaiki kesuburan tanah dan juga melengkapi unsur hara yang tersedia dalam tanah sehingga tanaman mendapatkan unsur hara yang cukup bagi pertumbuhannya.

Parameter pendukung pada serangan hama dan penyakit tanaman bawang daun pada pengamatan minggu pertama terdapat hama ulat uret Holotrichia Helleri) yang terdapat didalam tanah, selain ulat uret terdapat juga hama lain yang menyerang tanaman bawang daun yaitu pada pengamatan minggu ke 5 terdapat hama ulat daun, spesies ulat daun atau ulat grayak yang sering menyerang daun bawang daun yaitu Spodoptera exiqua Hbn. Ulat ini sangat berbahaya bagi tanaman bawang-bawangan karena serangannya memiliki daya rusak sangat tinggi dan perkembanagannya sangat cepat. Hama ini memakan daging daun sebelah dalam endodermis sehingga daun tampak berwarna putih transparan memanjang. Daun yang terserang ulat ini akan layu terkulai. Penggerakan daun biasanya dimulai dari ujung daun, menuju pangkal daun. Sedangkan serangan penyakit pada tanaman bawang daun yaitu bercak daun ditandai dengan timbulnya bercak hijau pucat pada ujung daun. Kemudian berubah menjadi kuning selanjutnya tanaman layu, kering dan mati, selain itu terdapat juga serangan penyakit dari busuk leher batang gejala serangan ini terdapat pada leher batang tanaman menjadi lunak, berwarna kelabu dan pada akhirnyatanaman busuk dengan batang melekuk.

 

 

KESIMPULAN DAN SARAN

 

Kesimpulan

 

Kesimpulan yang diperoleh setelah dilakukannya penelitian adalah sebagai berikut:

1.      Hasil analisis ragam bahwa semua perlakuan jenis pupuk organik menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap peubah pertumbuhan yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah tunas dan berat basah dan berat kering pada tanaman bawang daun.

2.      Terdapat pengaruh sangat nyata pada peubah pengamatan pada tinggi tanaman saat umur 8 minggu setelah tanam antara ternak besar dengan unggas dikarenakan unsur hara nya paling tinggi karena tanaman bawang daun memerlukan pupuk yang banyak mengandung unsur N untuk memaksimalkan pertumbuhan daun.

3.      Pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam sangat tinggi kandungan unsur N (2,71%), dibandingkan pupuk yang berasal dari kotoran hewan lainnya.  

 

Saran

 

            Penelitian ini selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian lanjut dengan dosis pupuk yang berbeda, dan menggunakan takaran dosis yang lebih tinggi, karena belum ditemukan hasil yang optimal. Serta lama waktu dekomposisi pupuk dalam pengulahan pupuk hijau.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Almaisarah, 2006. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L) Terhadap Pemberian Bokashi Kiambang (Salvinia molesta L) Pada Tanah Ultisol. Fakultas Pertanian. Banjarbaru.

 

Fuzianti, E. 2015. Analisis Usaha Tani Bawang Daun (Allium fistulosum L) di Kelurahan landasan Ulin Utara Kecematan Liang Anggang Kota Banjarbaru. Fakultas Pertanian ULM. Banjarbaru.

 

Hilman, Y. dan Suwandi. 1992. Pengaruh takaran p, n, dan k terhadap pertumbuhan, hasil, perubahan ciri kimia tanah dan serapan hara Tanaman Cabai. Buletin Penelitian Hortikultura 18(1):107-116.

 

Handoko. 1994. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya. Bogor.

 

Marsono. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.  Jakarta.

 

Maya M, Ai Asiah, dan Devi Rianawati, 2008. Aplikasi Pupuk Organik dan Residunya Untuk Produksi Kedelai Panen Muda. IPB. Bogor.

 

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agro Medya Pustaka.

 

Ningsih, E. M. N., Y. A. Nugroho, dan N. R. S. Tihuma. 2007. Kajian paduan bokashi sampah kota dan pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Kedelai. Jurnal Agrika Vol. 1 (1): 58 – 67

 

Permentan. 2011. Peraturan menteri pertanian tentang pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah. Permentan Nomor 70/Permentan/SR. 140/10/2011. 22 hal.

 

Laude, S dan Y. Tambing. 2010. Pertumbuhan dan hasil bawang daun  (Allium fistulosum L.) pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang  Ayam. Jurnal Agroland Vol.17 No.2.

 

Syarief, E. S. 1993. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Penerbit Pustaka Buana, Bandung.

 

Soetedjo, Mul Mulyani. 1993. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bina Angkasa Jakarta.

 

Suwandi, 2009. Respon aplikasi pupuk organik terhadap pertum buhan dan hasil beberapa varietas tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum.L). Agri-tek 13 (1) : 50 – 57.

 

Suwardjo, 1986. Masalah Erosi dan Kesuburan Tanah di Lahan Kering Podsolik Merah Kuning (Ultisol) di Indonesia. Lokakarya Usaha Tani Konservasi di Lahan Alang-alang Podsolik Merah Kuning.Palembang.

 

Sri Setyadi Hardjadi, 1982. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta.

 

Lampiran

Lampiran 1. Uji kontras ortogonal pada tinggi tanaman umur 8 mst

ULANGAN

PERLAKUAN

RATA RATA

 

A

B

C

D

E

F

G

1

35,3

30,5

31

35

31

28,3

29,6

220,7

2

25,9

38,6

38

23

33,5

38,5

29,3

226,8

3

35

31

35,5

0

39

34

34

208,5

TOTAL

96,2

100,1

104,5

58

103,5

100,8

92,9

656

 

KONTRAS

Koefisien ortogonal kontras

∑b²

r x ∑b²

(∑ b T)²

P1 = A VS B  C  D  E  F  G

-6

1

1

1

1

1

1

42

126

303

P2 = A VS  B  C  D

-3

1

1

1

0

0

0

12

36

676

P3 = A  VS  E  F   G

-3

0

0

0

1

1

1

12

36

74

P4 = B  C  D  VS  E  F  G

0

-1

-1

-1

1

1

1

6

18

1.197

P5 = B  C   VS  D

0

-1

-1

2

0

0

0

6

18

7.850

P6 = E  F  VS  G 

0

0

0

0

-1

-1

2

6

18

342

 

KONTRAS

Total Varietas

P1 = A VS B  C  D  E  F  G

-577,2

100,1

104,5

58

103,5

100,8

92,9

-17,4

P2 = A VS  B  C  D

-288,6

100,1

104,5

58

0

0

0

-26

P3 = A  VS  E  F   G

-288,6

0

0

0

103,5

100,8

92,9

8,6

P4 = B  C  D  VS  E  F  G

0

-100,1

-104,5

-58

103,5

100,8

92,9

34,6

P5 = B  C   VS  D

0

-100,1

-104,5

116

0

0

0

-88,6

P6 = E  F  VS  G 

0

0

0

0

-103,5

-100,8

185,8

-18,5

 

Hasil analisis Uji anova

SUMBER KERAGAMAN

DB

JUMLAH KUADRAT

KUADRAT TENGAH

F-hitung

F-tabel

0,05

0,01

PERLAKUAN

6

528,48

88,08

1,44

ns

2,84

4,46

P1

1

2,40

2,40

0,04

ns

4,60

8,86

P2

1

18,78

18,78

0,31

ns

4,60

8,86

P3

1

2,05

2,05

0,03

ns

4,60

8,86

P4

1

66,51

66,51

1,09

ns

4,60

8,86

P5

1

436,11

436,11

7,13

**

4,60

8,86

P6

1

19,01

19,01

0,31

ns

4,60

8,86

GALAT

14

855,73

61,12

 

 

 

 

TOTAL

20

1384,21

 

 

 

 

 

 


Comments

Popular posts from this blog

OIL PALM BIOENERGY CROPPING: THE CHANGE of SOIL QUALITY

Pengaruh Konsentrasi GA3 Dan Kinetin Pada Dua Media Terhadap Pertumbuhan Planlet Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Pada Tahap Subkultur

Pengaruh Aplikasi Kompos Berbahan Utama Ampas Kopi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.)

TERBARU

loading...