Pengaruh Konsentrasi GA3 Dan Kinetin Pada Dua Media Terhadap Pertumbuhan Planlet Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Pada Tahap Subkultur
ABSTRAK
Anggrek tebu (Grammatophyllum
speciosum) merupakan tanaman yang tumbuh secara epifit mempunyai akar udara yang berfungsi untuk melekat pada media
(tempat tumbuh). Anggrek tebu ini merupakan tanaman yang sulit untuk
dikembangbiakkan usaha untuk meningkatkan produksi tanaman, maka perlu
penanganan khusus untuk perbanyakan dan
penyediaan eksplan (bahan tanam) yang bebas penyakit salah satunya yaitu
dengan cara teknik kultur in-vitro
dengan perlakuan dua media, berbagai konsentrasi GA3, berbagai konsentrasi
Kinetin serta gabungan dari ketiga perlakuan tersebut terhadap pertumbuhan
anggrek Tebu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh beberapa
konsentrasi dan kombinasi zat pengatur tumbuh (ZPT) serta komposisi media
terbaik.Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) tiga
faktor yang diulang sebanyak tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perlakuan media berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan akar minggu
ke delapan yaitu pada media VW sebanyak 3,37, pada media MS sebanyak 4,19.
Kata Kunci : Anggrek Tebu, Media,
ZPT
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Anggrek tebu merupakan anggrek terbesar, paling besar dan paling berat
diantara jenis-jenis anggrek lainnya.Di Indonesia anggrek tebu dapat dijumpai
di hutan sekitar Sumatera, Kalimantan, Jawa sampai dengan Sulawesi. Tanaman ini
tumbuh secara epifit pada pohon-pohon
di hutan yang terbuka. Anggrek merupakan tanaman hias yang sangat memberi
harapan yang baik. Produksi tanaman anggrek masih jauh dari permintaan
pasar.Salah satu bentuk pemanfaatan bunga anggrek yang cukup besar adalah bunga
potong. Selain itu, tanaman anggrek juga banyak dibeli untuk hiasan rumah
tangga, baik oleh kolektor, pecinta, maupun pembeli biasa (Parnata, 2005).
Kebutuhan anggrek
yang semakin meningkat perlu
ditunjang dengan penyediaan
bibit dalam jumlah banyak
dan dalam waktu
yang singkat dan kualitas yang baik (Maridass et. al., 2010).
Anggrek
di alam
menjadi langka dan
terancam punah karena efek langsung maupun tidak langsung dari
aktivitas manusia termasuk pengkoleksian, perusakan
habitat. Solusi terbaik adalah
dengan cara melalui kultur jaringan
dengan perbanyakan in-vitro dengan
menyusun komposisi nutrisi,
hara makro, hara mikro, vitamin
serta zat pengatur
tumbuh untuk pertumbuhan tanaman. Metode perbanyakan secara in-vitro sangat penting untuk konservasi
tumbuhan yang langka dan
terancam punah (Maridass et. al., 2010).
Media
tanam dalam kultur jaringan adalah tempat untuk tumbuh eksplan. Media tanam
tersebut dapat berupa larutan (cair) atau padat. Penggunaan media cair adalah
untuk keperluan suspense sel, yaitu untuk memperbanyak kalus yang sudah
terbentuk, untuk isolasi dan untuk fusi protoplas. Sedangkan media padat
digunakan untuk mendapatkan kalus (induksi kalus) dan medium diferensiasi yang
berguna untuk menumbuhkan akar serta tunas sehingga kalus dapat tumbuh menjadi planlet (tanaman kecil) (Hendaryono dan
Wijayani, 1994) dalam (Mahmudah,
2012).
Beberapa jenis media yang
digunakan sebagai media dasar, seperti komposisi media Vacint and Went, Knudson
C, serta Murashige and Skoog sering
digunakan untuk mengecambahkan biji atau sebagai media kultur jaringan dalam
bentuk padat atau cair (Yusnita, 2010).
Zat
pengatur tumbuh (ZPT)
adalah senyawa organik
bukan nutrisi yang
dalam konsentrasi rendah mampu mendorong, menghambat atau secara
kualitatif mengubah pertumbuhan
dan perkembangan tanaman (Armini et.
al., 1991).
Subkultur
atau overplanting adalah pemindahan planlet yang masih sangat kecil (planlet muda) dari medium lama ke dalam medium baru yang dilakukan
secara aseptis di dalam entkas atau Laminar Air Flow(LAF).Tujuannya
dari subkultur adalah agar planlet tetap mendapatkan unsur hara atau nutrisi
untuk perkembangan dan pertumbuhannya (Hendaryono dan Wijayani, 1994) dalam (Mahmudah, 2012).
Tujuan
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui respon
pertumbuhan planlet anggrek tebu
terhadap konsentrasi GA3 dan Kinetin pada media tumbuh dan untuk memperoleh
komposisi media terbaik pada tahap pembesaran hasil yang diperoleh dari kultur
jaringan.
Hipotesis
Terdapat respon terbaik konsentrasi GA3 dan Kinetin
serta terdapat komposisi media tumbuh terbaik terhadap pertumbuhan planlet Anggrek tebu.
METODE
PENELITIAN
Bahandan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu planlet anggrek tebu, air destilata,
unsur makro, unsur mikro, sukrosa, myo-inositol, Fe-Na EDTA, vitamin, GA3,
Kiniten, KOH, HCL, Ca3(PO4), KNO3, KH2PO4,
MgSO4 7H2O, (NH4)2 SO4,
MnSO4, Feri tartat, air kelapa, alcohol 70% dan 95%, agar.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu LAF, oven, autoclaf, lemari
es, neraca analitik, hotplate stirrer,
botol tanam, aluminium foil, gelas beker, gelas ukur, gelas
erlenmeyer, gelas, pH-indikator strips,
lampu bunsen, cawan petri, pengaduk kaca, gunting, masker, pinset kecil, pinset
panjang, pipet kaca, pipet ball,
corong kaca, penjepit, cling warp, sprayer, tisu, suntikan, keranjang besi,
alat tulis, korek api, kertas label dan lain-lain.
Tempat dan Waktu
Penelitian kultur jaringan anggrek
tebu dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Budidaya Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru. Pelaksanaan penelitian
dilakukan selama tiga bulan, yaitu dari bulan Februari-April 2017.
Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan percobaan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) tiga faktor dengan perlakuan dua media, berbagai
konsentrasi GA3, berbagai konsentrasi kiniten masing-masing terdiri dari tiga
taraf yang diulang sebanyak tiga kali.
a. Media
VW
vG0K0= vw+ GA3 0 ppm+Kinetin 0 ppm
vG0K1= vw +GA3 0 ppm+Kinetin 2 ppm
vG0K2= vw +GA3 0 ppm+Kinetin 4 ppm
vG1K0= vw+ GA3 1,5 ppm+Kinetin 0 ppm
vG1K1= vw+ GA3 1,5 ppm+Kinetin 2 ppm
vG1K2= vw+ GA3 1,5 ppm+Kinetin 4 ppm
vG2K0= vw+ GA3 2 ppm+Kinetin 0 ppm
vG2K1= vw+ GA3 2 ppm+Kinetin 2 ppm
vG2K2= vw+ GA3 2 ppm+Kinetin 4 ppm
b.
Media MS
mG0K0= ms+ GA3 0
ppm+Kinetin 0 ppm
mG0K1= ms+GA3 0
ppm+Kinetin 2 ppm
mG0K2= ms +GA3 0
ppm+Kinetin 4 ppm
mG1K0= ms+ GA3 1,5
ppm+Kinetin 0 ppm
mG1K1= ms+ GA3 1,5
ppm+Kinetin 2 ppm
mG1K2= ms+ GA3 1,5 ppm+Kinetin
4 ppm
mG2K0= ms+ GA3 2
ppm+Kinetin 0 ppm
mG2K1= ms+ GA3 2
ppm+Kinetin 2 ppm
mG2K2= ms+ GA3 2
ppm+Kinetin 4 ppm
Dari
percobaan tersebut terdapat sembilan perlakuan, dimana setiap perlakuan di
ulang sebanyak tiga kali, sehingga terdapat 54 satuan percobaan.Setiap satuan
percobaan terdiri dari empat botol dengan setiap botol diisi dengan tiga planlet, sehingga semuanya menjadi 216
botol tanam.
Pelaksanaan
Penelitian
Persiapan
Persiapan dilakukan terutama untuk pengadaan
bahan dan alat yang akan digunakan. Bahan tanam berupa planlet anggrek tebu hasil subkultur yang diambil di Laboratorium
Kultur Jaringan Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
Sterilisasi
Alat
Semua peralatan harus dalam keadaan
bersih dan steril. Peralatan yang terbuat dari gelas seperti botol kultur,
cawan petri dan alat lainnya berbahan logam dicuci bersih, dikeringkan,
kemudian dibungkus dengan kertas dan disterilisasi kering dengan oven selama 2
jam dengan suhu 1800 C.
Pembuatan
Media
Cara
pembuatan media VW adalah siapkan komposisi media VW yang
terdiri dari unsur : makro, mikro, vitamin, dan ZPT, serta bahan-bahan tersebut
ditimbang dan masukan kedalam air kelapa yang sudah ada dalam erlenmayer,
masukkan sokrusa yang sudah ditimbang, kemudian campur dengan stok larutan Ca3(PO4),
KNO3, KH2PO4, MgSO4 7H2O,
(NH4)2SO4, MnSO4, Feri tartat.
Pembuatan
media MS adalah melarutkan senyawa mikronutrien, myo-inositol, air kelapa, pupuk daun, zat pengatur tumbuh dan
sukrosa yang telah ditimbang kemudian dimasukan ke dalam erlenmeyer yang berisi
air destilata. Kemudian di tambahkan larutan stok mikronutrien, larutan stok
makronutrien vitamin, Fe-Na EDTA.
Sterilisasi
Media Tanam
Media yang telah dimasukkan ke
dalam botol kemudian disterilisasi basah dengan autoclaf pada tekanan 17,5 psi dan suhu 1210 C selama 20
menit. Media steril disimpan ke dalam ruangan kultur yang steril dengan suhu 250
C.
Penimbangan
Bobot media tanam ditimbang
sebelum melakukan penanaman planlet
anggrek tebu dan sesudah dilakukan penanaman, botol media yang berisi planlet ditimbang kembali untuk
mengetahui berat bobot awal planlet.Kemudian
pada akhir pengamatan dilakukan penimbangan kembali untuk mengetahui berat
bobot akhir planlet.
Sterilisasi
Air Destilata
Air
destilata yang telah dimasukkan ke dalam botol kemudian disterilisasi basah
kembali untuk mensetrilkan wadahnya dengan autocklaf
pada tekanan 17,5 psi dan suhu 1210 C selama 20 menit. Media
steril disimpan disimpan kedalam ruangan kultur yang steril dengan suhu 250
C.
Penanaman
Penanaman
dilaksanakan dengan cara memindahkan sebanyak tiga planletdari media sebelumnya ke dalam media perlakuan yang
dilakukan di dalam LAF yang disiapkan terlebi dahulu.
Inkubasi
Dalam Ruangan
Planlet yang telah ditanam kemudian dibesarkan
dalam ruang kultur pada rak-rak yang tersedia di dalamnya. Cahaya yang
dibutuhkan tanaman bersumber dari lampu fluorescent dengan intensitas cahaya
1000-2000 lux. Ruangkultur harus dilengkapi dengan pendingin ruangan yang
suhunya berkisar antara 18-220 C.
Pengamatan
Pesentase
planlet hidup. Pengamatan
dilakukan setiap dua minggu sekali selama periode kultur di media perlakuan in-vitro, dengan lama pengamatan selama
delapan minggu. Persentase planlet
yang hidup dalam media perlakuan in-vitro
merupakan perhitungan dari setiap botol perlakuan yang tidak terkontaminasi.
Persentase
kontaminasi. Pengamatan dilakukan setiap dua minggu sekali, botol kultur
yang terkontaminasi dihitung jumlahnya mulai dari awal hingga akhir penelitian
dalam media in-vitro.
Bobot
segarplanlet. Pengamatan
dilakukan pada awal dan akhir penanaman planlet
secara in-vitro. Bobot planlet dalam media perlakuan in-vitro diketahui dengan cara
mengurangi bobot botol media yang telah diisi planlet dengan bobot botol yang hanya berisi media.
Pertambahan
jumlah daun (helai). Pengamatan dilakukan setiap dua minggu sekali dengan
cara menghitung jumlah daun yang sudah terbentuk (saat berada dalam media in-vitro dalam satu botol (ulangan),
dimana setiap botol berisi tiga planlet.
Perhitungan jumlah daun pada percobaan ini merupakan jumlah daun n-MST
dikurangi dengan jumlah 0-minggu setelah tanam (MST)..
Pertambahan jumlah akar (buah). Pengamatan dilakukan setiap dua
minggu sekali dengan cara menghitung jumlah akar yang sudah terbentuk (saat berada dalam media
in-vitro dalam satu botol (ulangan),
dimana setiap botol berisi tiga planlet.
Perhitungan jumlah akar pada percobaan
ini merupakan jumlah akar n-MST dikurangi dengan jumlah 0-MST.
Analisis Data
Data
hasil pengamatan dianalisis terlebih dahulu dengan uji kehomogenan ragam barlet
data yang homogen dilanjutkan dengan analisis anova, tetapi jika ada data yang
tidak homogen dilakukan transformasi dalam Log (x+n), n=1,2…10 dan , n = 1,2..10
jika data homogen dapat dilakukan analisis ragam dengan Uji F-Hitung pada taraf
nyata 5%.
Data
persentase planlet hidup, persentase
kontaminasi, bobot segar akhir dan pertambahan jumlah daun minggu ke-6 di uji
kehomogenan data dengan penggunaan uji barlet, akan tetapi data yang diperoleh
tidak homogen, sehingga dilakukan transformasi data dengan log dan (SQRT) namun
hasil data tetap tidak homogen, karena data tetap tidak homogen maka dilakukan
uji friedman non parametrik untuk mengetahui perbedaan masing-masing perlakuan
selama pengamatan. Analisis data menggunakan software MINITAB versi 16. Data hasil analisis uji friedman pada
taraf > 0,05 yang tidak berbeda nyata tidak dilanjutkan lagi ke uji
komparasi berganda.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil persentase planlet hidup dapat dilihat pada (Tabel
1).Hasil uji friedman menunjukkan bahwa tidak terdapat perlakuan yang
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan planlethidup pada minggu ke 2, 4, 6 dan 8 dengan P = 1,00.
Perlakuan yang tidak berpengaruh nyata tidak dilanjutkan lagi ke uji komparasi
berganda.
Hasil persentase kontaminasi
dapat dilihat pada (Tabel 1).Hasil uji friedman menunjukkan bahwa tidak
terdapat perlakuan yang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan planlethidup pada minggu ke 2, 4, 6 dan 8 dengan P = 1,00.
Perlakuan yang tidak berpengaruh nyata tidak dilanjutkan lagi ke uji komparasi
berganda.
Hasil bobot segarplanlet dapat dilihat pada (Tabel 1).
Hasil uji friedman menunjukkan signifikan dengan P = 0,019, namun datanya
banyak menghasilkan nilai negatifsehingga tidak dilanjutkan lagi ke uji
selanjutnya.
Hasil rata-rata pertambahan jumlah daun minggu ke-6 dapat dilihat
pada (Tabel 1).Hasil
uji friedman menunjukkan bahwa tidak terdapat perlakuan yang berpengaruh nyata
pertambahan jumlah daun minggu ke-6 dengan
P = 0,148. Perlakuan yang tidak berpengaruh nyata tidak dilanjutkan lagi ke uji
komparasi berganda.
Tabel 1. Hasil uji Friedman terhadap
peubah persentase planlet hidup,
persentase kontaminasi, bobot segar dan pertambahan jumlah daun minggu ke-6
Perlakuan |
Persentase planlet hidup(mst) |
Persentase kontaminasi |
Bobot akhir planlet |
Pertambahan jumlah daun minggu ke-6 |
||||||
2 |
4 |
6 |
8 |
2 |
4 |
6 |
8 |
|||
vG0K0 |
100 |
100 |
100 |
100 |
0 |
0 |
0 |
0 |
-0,326 |
9,396 |
vG0K1 |
100 |
100 |
100 |
100 |
0 |
0 |
0 |
0 |
-0,269 |
8,854 |
vG0K2 |
100 |
100 |
100 |
100 |
0 |
0 |
0 |
0 |
-0,702 |
8,368 |
vG1K0 |
100 |
50 |
50 |
50 |
0 |
50 |
50 |
50 |
-0,282 |
7,549 |
vG1K1 |
75 |
50 |
50 |
50 |
25 |
50 |
50 |
50 |
-0,414 |
8,188 |
vG1K2 |
100 |
100 |
75 |
75 |
0 |
0 |
25 |
25 |
-0,306 |
8,604 |
vG2K0 |
100 |
100 |
100 |
100 |
0 |
0 |
0 |
0 |
-0,540 |
9,507 |
vG2K1 |
100 |
100 |
100 |
100 |
0 |
0 |
0 |
0 |
-0,896 |
9,965 |
vG2K2 |
100 |
100 |
100 |
100 |
0 |
0 |
0 |
0 |
-0,421 |
9,160 |
mG0K0 |
100 |
100 |
100 |
100 |
0 |
0 |
0 |
0 |
-0,374 |
9,146 |
mG0K1 |
100 |
100 |
100 |
100 |
0 |
0 |
0 |
0 |
-0,169 |
9,257 |
mG0K2 |
100 |
100 |
75 |
75 |
0 |
0 |
25 |
25 |
-0,107 |
8,354 |
mG1K0 |
100 |
100 |
100 |
100 |
0 |
0 |
0 |
0 |
-0,147 |
9,618 |
mG1K1 |
100 |
100 |
100 |
100 |
0 |
0 |
0 |
0 |
-0,126 |
8,688 |
mG1K2 |
100 |
100 |
100 |
100 |
0 |
0 |
0 |
0 |
-0,200 |
9,160 |
mG2K0 |
100 |
100 |
100 |
100 |
0 |
0 |
0 |
0 |
-0,217 |
9,771 |
mG2K1 |
100 |
75 |
75 |
75 |
0 |
25 |
25 |
25 |
0,226 |
9,951 |
mG2K2 |
100 |
100 |
100 |
100 |
0 |
0 |
0 |
0 |
-0,246 |
9,840 |
Uji Friedman |
ns |
ns |
ns |
ns |
ns |
ns |
ns |
ns |
s |
ns |
P |
1,00 |
1,00 |
1,00 |
1,00 |
1,00 |
1,00 |
1,00 |
1,00 |
0,019 |
0,148 |
Keterangan: P = peluang ns = nonsignifikan, apabila P lebih besar
dari 0,05, s = signifikan, apabila P
lebih kecil dari 0,05 mst = minggu setelah tanam
Grafik bobot awal planlet
Hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa semua perlakuan tidak berpenaruh nyata terhadap nilai bobot awal planlet.
Keterangan : v = Media VW, m = media MS, G= GA3, K= Kiniten g =
gram
Gambar
1. Grafik bobot awal (gr) planlet hidup anggrek tebu
Pada (Gambar 1). Diatas
menunjukkan bahwa pada peubah bobot awal planlet
cenderung
lebih tinggi terdapat pada perlakuan media VW + GA3 2 ppm + Kiniten 2 ppm
(vG2K1) yaitu 2,90 g dan cenderung terendah terdapat pada perlakuan media MS +
GA3 0 ppm + Kiniten 4 ppm (mG0K2) yaitu 1,67 g.
Pertambahan jumlah daun
Hasil
analisis ragam menunjukkan bahwa semua perlakuan tidak berpenaruh nyata
terhadap nilai pertambahan jumlah daun minggu ke 2, 4 dan 8.
Hasil
rata-rata pertambahan jumlah daun pada (Gambar 2). Menunjukkan bahwa cenderung lebih tinggi terdapat pada perlakuan media MS +
GA3 2 ppm + Kiniten 4 ppm (mG2K2) yaitu 9,25 pada minggu ke-8 dan cenderung
terendah terdapat pada perlakuan media VW + GA3 1,5 ppm + Kiniten 0 ppm (vG1K0)
yaitu 6,33.
Keterangan : v = Media VW, m = media MS, G= GA3, K= Kiniten
Gambar 2. Grafik Rata-rata pertambahan jumlah daun minggu ke- 2, 4
dan 8
Pertambahan jumlah akar
Hasil
analisis ragam menunjukkan bahwa pada perlakuan media berpengaruh sangat nyata
terhadap pertambahan jumlah daun minggu ke-8.Hasil yang sangat berpengaruh nyata tersebut dilanjutkan dengan uji
BNT pada taraf 5%.
Hasil dari uji BNT pada
taraf 5% pada peubah pertambahan jumlah akar minggu ke-8 menunjukkan hasil
berbeda sangat nyata. Perlakuan pada media MS memberikan hasil tertinggi yaitu
4,19, berbeda sangat nyata dengan perlakuan media VW yaitu 3,37.
Table 6. Hasil uji
beda nilai tengah pengaruh media terhadap peubah pertambahan jumlah akar minggu
ke-8
Perlakuan |
Rata-rata media |
Media VW |
3,37 a |
Media MS |
4,19 b |
Keterangan : Angka-angka yang di ikuti oleh huruf yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata menurut uji BNT pada taraf nyata 5%.
Pembahasan
Persentase planlet hidup
Persentase planlet hidup adalah besarnya jumlah planlet yang tumbuh pada suatu perlakuan komposisi media yang
dikulturkan serta terbebas dari mikroorganisme yang dapat mengurangi persentase
planlet hidup tersebut.
Pada penelitian ini terdapat planlet yang terkontaminasi
mikroorganisme berkisar antara 25-25%.Semakin banyak kontaminasi maka semakin
berkurang pula persentase planlet
hidup tersebut, terjadinya kontaminasi berkaitan erat dengan ketahanan hidup planlet karena keduanya saling
berhubungan.
Rata-rata persentase planlet hidup
tertinggi diperkirakan terdapat pada perlakuan vG0K0, vG0K1, vG0K2, vG2K0,
vG2K1, vG2K2, mG0K0, vG0K1, mG1K0, mG1K1, mG1K2, mG2K0 dan mG2K2 yaitu (100%) dibandingkan
dengan perlakuan lainnya hal ini diduga disebabkan oleh keadaan planlet tersebut.
Dari hasil penelitian ini diperoleh suatu hubungan korelasi
bahwa semakin rendah persentase hidup
eksplan, maka tingkat kontaminasi yang terjadi sangat tinggi begitu juga
sebaliknya semakin tinggi persentase hidup eksplan, maka pesentase kontaminasi
yang terjadi pada eksplan juga rendah (Annisa, 2010).
Persentase kontaminasi
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu kultu jaringan
adalah kontaminasi.Kontaminasi secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
faktor eksplan, faktor manusia, faktor media dan faktor lingkungan.Kontaminasi
dari faktor media disebabkan karena kurang rapatnya penutup botol sehingga
mikroba bisa masuk lewat celah penutup botol. Kontaminasi yang berasal dari
media kultur ditandai dengan munculnya cendawan atau bakteri berawal pada media
(Kavitha dkk, 2009).
Diperkirakan rata-rata persentase kontaminasi tertinggi terdapat
pada perlakuan media VW + GA3 1,5 ppm + Kiniten 2 ppm (vG1K1) yaitu sebesar 50%
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Sedangkan terendah pada perlakuan media VW + GA 0 ppm + Kiniten 0 ppm
(vG0K0) yaitu
sebesar 0%. Kontaminasi yang terjadi diduga oleh keadaan planlet itu sendiri dan lingkungan dapat juga diduga oleh faktor
pencucian botol yang kurang bersih, kurangnya pensterilan alat sebelum
penanaman, kurangnya keterampilan pada saat pemindahan planlet ke media perlakuan dalam LAFsehingga membuat peluang untuk
tumbuhnya koloni cendawan dan bakteri dipermukaan media, Penyebab kontaminasi Planlet pada penelitian ini yaitu
cendawan dan bakteri.
Sesuai dengan penelitian Shofyani (2010) menunjukkan bahwa sumber
kontaminasi pada media disebabkan oleh jamur maupun bakteri. Kontaminasi
berasal dari kontaminan eksternal baik berupa jamur maupun bakteri, ataupun
kontaminan internal yang pada umumnya berasal dari bakteri yang tumbuh di dalam
kultur jaringan tanaman. Tinggi persentase kontaminasi eksternal baik yang
disebabkan oleh jamur maupun bekteri cenderung terbawa lewat alat maupun planlet yang digunakan dalam penelitian.
Bobot segarplanlet
Bobot segarplanlet dapat digunakan sebagai tolak
ukur untuk nilai bobot akhir. Bobot segar tersebut digunakan sebagai tolak ukur
pertambahan pertumbuhan bahan tanam pada penelitian ini dan pengukurannya dapat
dilakukan tanpa harus mengeluarkan bahan tanam tersebut dari media perlakuan
dan tanaman yang telah ditimbang dapat digunakan lagi untuk pengamatan
selanjutnya.
Pada penelitiaan ini
hasil bobot akhir signifikan namun tidak mengalami penambahan berat bobot
diduga terjadinya penurunan bobot media sehingga menyebabkan data yang
diperoleh menghasilkan penambahan berat banyak yang negatif, sehingga tidak
bisa digunakan sebagai tolak ukur pertambahan pertumbuhan bahan tanam pada
penelitian ini.Media mengalami penyusutan diduga karena penyerapan hara oleh
tanaman, serta Kondisi ini diperkirakan karena air
pada media menguap akibat adanya ventilasi yang disinari langsung oleh cahaya lampu yang
terjadi setelah 8 MST.
Pertambahan jumlah daun
Pada penelitian ini semua perlakuan tidak memberikan pengaruh yang
nyata diduga kurang tepatnya ZPT yang digunakan serta keseimbangan kombinasi
GA3 dan Kiniten yang diberikan pada media VW dan MS tersebut.Hal ini diduga
disebabkan oleh aktifitas endogen dan eksogen serta keseimbangan interaksi ZPT
tersebut.
Pada penelitian ini rata-rata pertambahan jumlah daun yang terbentuk
cenderung lebih tinggi pada media MS + GA3 2 ppm + Kiniten 4 ppm (mG2K2)
dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu sebesar 10,08 pada minggu ke-8, cenderung terendah terdapat pada
perlakuan media VW + GA3 1,5ppm + Kiniten 0 ppm (vG1K0) pada minggu ke 2 yaitu
sebesar 6,33.
Hal ini diduga terjadi karena kemampuan genetik eksplan terhadap respon zat
pengatur tumbuh berbeda-beda.
Kemampuan metabolisme tanaman sangat tergantung pada kemampuan
genetik tanaman (faktor endogen). Ada beberapa tanaman yang tidak akan berespon
terhadap zat pengatur tumbuh yang diberikan (faktor eksogen). Selain itu
pertumbuhan juga dipengaruhi oleh keseimbangan antara interaksi faktor endogen
dan eksogen (Hidayat, 2009).
Pertambahan jumlah akar yang terbentuk
Berdasarkan hasil analisis uji BNT
menunjukkan bahwa pada Tabel 6 rata-rata pertambahan jumlah akar minggu ke-8
berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan media pada tarafnyata 5%.Nilai tertinggi terdapat pada media MS
sebesar 4,17 berbeda sangat nyata pada media VW sebesar 3,37 dapat dilihat pada
tabel 4. Hal ini diduga pada media MS lebih banyak mengandung unsur hara
dibandingkan media VW.Keistimewaan medium MS adalah kandungan nitrat, kalium
dan ammoniumnya yang tinggi, dan jumlah hara anorganiknya yang layak untuk
memenuhi kebutuhan banyak sel tanaman dalam kultur (Wetter dan Constabel,
1991).
Darmono
(2004) berpendapat bahwa media tanam merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kecepatan pertumbuhan tanaman anggrek.Kandungan media VW terdiri dari
unsur hara makro dan mikro dalam bentuk garam-garam anorganik dengan jumlah
yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman khususnya anggrek (Iswanto, 2002).
Kesimpulan
1. Tidak
adanya interaksi antara media dengan konsentrasi GA3, media dengan konsentrasi
kiniten, serta kombinasi dari ketiga perlakuan tersebut terhadap semua peubah
perlakuan.
2.
Persentase planlet hidup tertinggi yaitu pada perlakuan media VW (Vacint Went) + GA3 0 ppm + Kiniten 0 ppm
yaitu sebesar 100%.
3.
Persentase kontaminasi terendah pada
perlakuan media VW (Vacint Went) +
GA3 0 ppm + Kiniten 0 ppm yaitu sebesar 0%.
4.
Bobot segar awal planlet cenderung tinggi pada perlakuan media VW (Vacint Went) + GA3 2ppm + Kiniten 2 ppm
yaitu 2,97 g, cenderung terendah pada media MS (Murashige and Skoog) + GA3 0 +
Kiniten 4 ppm yaitu 1,27 g.
5.
Pertambahan jumlah daun cenderung lebih
tinggi pada perlakuan media MS (Murashige and Skoog) + GA3 2 ppm + Kiniten 4
ppm yaitu sebesar 10,8.
6.
Pertambahan jumlah akar minggu ke-8
berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan media pada uji BNT pada taraf nyata
5% yaitu media MS (Murashige and Skoog) sebesar 4,17 berbeda sangat nyata
dengan media VW (Vacint Went) sebesar
3,37.
Saran
Perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan kombinasi konsentrasi ZPT yang tepat
dan sesuai untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan planlet dan dapat juga dengan mengkombinasikan dengan jenis ZPT
lain seperti jenis Auksin serta memperpanjang waktu pengamatan untuk mengetahui
perkembangan dan pertumbuhan planlet
lebih lanjut.
Daftar
pustaka
Annisa, S. 2010. Respon Pisang Talas (Musa
paradisiaca var sapientum L.)Terhadap Pemberian Zat Pengatur Tumbuh
thidiazuron dan BAP (Benzil Amino Purin) Melalui Teknik Kultur
Jaringan.Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Armini,
N.M., G.A. Wattimena & L. Gunawan. 1991. Bioteknologi Tanaman. Tim Laboratorium Kultur Jaringan. Pusat
Antar Universitas Bioteknologi. IPB. Bogor.
Darmono, D.W. 2004.Agar Anggrek Rajin Berbunga. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Hidayat, O. 2009. Kajian Penggunaan Hormon IBA, BAP dan Kinetin
Terhadap Multiplikasi Tunas Tanaman Penghasil Gaharu (Gyrinops Versteegii (Gilg)
Domke) Secara In Vitro. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor.
Iswanto, H. 2002. Petunjuk
Perawatan Anggrek. PT. Agro Media
Pustaka. Jakarta.
Kavitha, M., Kalaimagal, I., Sangeetha, N., Ganesh, D. 2009.In
vitro plant regeneration from apical bud and nodal segments of Anthocephalus
cadamba-an important sacred and medicinal tree.Journal of Forest Science
25(2):111−118.
Mahmudah,R.,G.
Febriana & N. P. Ayu.2012. Laporan Praktikum Kultur Jaringan.http://renimahmudah-fst10.web.unair.ac.id/artikel_detail-78827KuliahPraktikum%20Kultur%20Jaringan%20VI.html. Diakses tanggal 30 Nopember
2016.
Maridass,
M., R. Mahesh, G. Raju., A. Benniamin & K. Muthucellian. 2010. In
vitro Propagation of Dendrobium
nanum Through Rhizome Bud
Culture. International. J.Biotechnology.
1 (2): 50-54.
Parnata, A.S. 2005.
Panduan Budidaya dan Perawatan Anggrek. Agromedia. Jakarta.
Shofiyani, A. & Hajoeningtias, O.D. 2010. Pengaruh Sterilan
Dan Waktu Perendaman Pada Eksplan Daun Kencur (Koemferia galangal L.)Untuk Meningkatkan Keberhasilan Kultur Kalus.
Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Purwokerto.
Wetter, L.R. & F. Constabel.1991.
Metode Kultur Jaringan Tanaman.ITB. Bandung.hlm. 12 & 16.
Yusnita.
2010. Perbanyakan In-Vitro Tanaman
Anggrek. Universitas Lampung Press. Bandar Lampung. 128 hlm.
Lampiran
Tabel 1. Hasil uji analisis ragam
pertambahan jumlah akar minggu ke-8pada taraf 5%
SUMBER KERAGAMAN |
db |
JUKMALH KUADRAT |
KUADRAT TENGAH |
F-hit |
F-tabel |
||
0.05 |
0.01 |
||||||
PERLAKUAN |
|
|
|
|
|
|
|
Media (M) |
1 |
9.17 |
9.17 |
7.79 |
** |
4.41 |
7.39 |
ZPT (G) |
2 |
0.38 |
0.19 |
0.16 |
3.26 |
5.24 |
|
Kenetin (K) |
2 |
5.99 |
2.99 |
2.54 |
3.26 |
5.24 |
|
MG |
2 |
1.56 |
0.78 |
0.66 |
3.26 |
5.24 |
|
MK |
2 |
1.67 |
0.83 |
0.71 |
3.26 |
5.24 |
|
GK |
4 |
1.11 |
0.28 |
0.24 |
2.63 |
3.89 |
|
MGK |
4 |
2.14 |
0.53 |
0.45 |
2.63 |
3.89 |
|
GALAT |
36 |
42.38 |
1.18 |
||||
TOTAL |
53 |
64.38 |
Perlakuan |
Jumlah akar minggu ke
8 |
TOTAL |
Rata-Rata |
||||
ulangan |
|||||||
1 |
2 |
3 |
|||||
V |
G0 |
K0 |
3.50 |
4.75 |
4.25 |
12.50 |
4.17 |
V |
G0 |
K2 |
3.25 |
4.00 |
1.00 |
8.25 |
2.75 |
V |
G0 |
K4 |
2.50 |
2.00 |
2.50 |
7.00 |
2.33 |
9.25 |
10.75 |
7.75 |
27.75 |
||||
V |
G 1,5 |
K0 |
4.50 |
4.50 |
2.75 |
11.75 |
3.92 |
V |
G 1,5 |
K2 |
4.00 |
4.75 |
1.50 |
10.25 |
3.42 |
V |
G 1,5 |
K4 |
3.50 |
2.75 |
2.25 |
8.50 |
2.83 |
12.00 |
12.00 |
6.50 |
30.50 |
||||
V |
G2 |
K0 |
4.50 |
4.75 |
3.25 |
12.50 |
4.17 |
V |
G2 |
K2 |
3.00 |
4.00 |
1.75 |
8.75 |
2.92 |
V |
G2 |
K4 |
3.50 |
4.75 |
3.25 |
11.50 |
3.83 |
11.00 |
13.50 |
8.25 |
32.75 |
||||
91.00 |
|||||||
M |
G0 |
K0 |
2.50 |
5.25 |
5.25 |
13.00 |
4.33 |
M |
G0 |
K2 |
4.00 |
5.00 |
3.75 |
12.75 |
4.25 |
M |
G0 |
K4 |
4.00 |
4.00 |
4.50 |
12.50 |
4.17 |
10.50 |
14.25 |
13.50 |
38.25 |
||||
M |
G 1,5 |
K0 |
5.25 |
4.75 |
3.50 |
13.50 |
4.50 |
M |
G 1,5 |
K2 |
3.50 |
5.25 |
4.25 |
13.00 |
4.33 |
M |
G 1,5 |
K4 |
4.75 |
4.50 |
3.25 |
12.50 |
4.17 |
13.50 |
14.50 |
11.00 |
39.00 |
||||
M |
G2 |
K0 |
5.25 |
3.75 |
4.25 |
13.25 |
4.42 |
M |
G2 |
K2 |
3.50 |
5.50 |
2.75 |
11.75 |
3.92 |
M |
G2 |
K4 |
3.75 |
5.50 |
1.75 |
11.00 |
3.67 |
12.50 |
14.75 |
8.75 |
36.00 |
||||
113.25 |
204.25 |
Lucky Club Casino Site - Lucky Club Live
ReplyDeleteLucky Club Casino is a modern-day casino that is now owned by the Malta Gaming Authority and managed by the Maltese Gaming Authority. It is powered by luckyclub the