ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN OKRA (Abelmoschus esculentus (L.) Moench) PADA PEMBERIAN BERBAGAI TAKARAN KOMPOS LIMBAH BAGLOG JAMUR TIRAM

ABSTRAK

Tanaman okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench) merupakan tanaman yang berasal dari Asia dan sudah dikenal di berbagai Negara Asia. Tanaman ini merupakan tanaman yang bergizi tinggi yang dapat memenuhi kebutuhan gizi, okra sendiri selain digunakan sebagai sayuran, juga bisa digunakan sebagai obat yang mampu menyembuhkan berbagai penyakit seperti diabetes, menurunkan kolestrol, mengurangi resiko penyakit jantung dan berbagai penyakit lainnya. Indonesia sendiri dalam budidaya okra sangatlah sedikit khususnya di Kalimantan selatan sendiri dikarenakan tanaman ini masih belum banyak dikenal oleh masyarakat. Maka untuk mengembangkan tanaman ini perlu adanya media/pupuk yang mampu memberikan tanaman ini untuk tumbuh dengan baik, yaitu dengan pemberian kompos limbah baglog jamur tiram yang sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai takaran kompos limbah baglog jamur tiram terhadap pertumbuhan tanaman okra dan juga untuk mengetahui takaran kompos limbah baglog jamur tiram yang paling terbaik terhadap pertumbuhan okra.

Penelitian ini adalah percobaan pot menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), rancangan percobaan adalah faktor tunggal dengan berbagai takaran kompos sebanyak 4 perlakuan dan 1 perlakuan kontrol. Masing-masing perlakuan diualang sebanyak 4 kali, sehingga didapat 20 satuan percobaan. Perlakuan tersebut adalah K0 : Tanah kontrol, K1 : Tanah + kompos limbah baglog jamur tiram 5 t ha-1 setara dengan 250 g/tanaman, K2 : Tanah + kompos limbah baglog jamur tiram 10 t ha-1 setara dengan 500 g/tanaman, K3 : Tanah + kompos limbah baglog jamur tiram 15 t ha-1 setara dengan 750 g/tanaman dan K4 : Tanah + kompos limbah baglog jamur tiram 20 t ha-1 setara dengan 1000 g/tanaman.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kompos limbah baglog jamur tiram mampu memberikan pengaruh terhadap parameter pertumbuhan tanaman okra yaitu tinggi tanaman, diameter batang, luas daun, berat basah dan berat kering tanaman. Pada kompos limbah baglog jamur tiram takaran 20 t ha-1 memberikan diameter batang, luas daun, berat basah dan berat kering tanaman hasil tertinggi. Takaran 5 t ha-1 kompos limbah baglog jamur tiram memberikan hasil terbaik pada tinggi tanaman.

 

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench) merupakan tanaman yang berasal dari Asia dan sudah dikenal di berbagai Negara Asia. Namun tanaman okra sendiri tidak terlalu terkenal di Indonesia. Bagaian yang jadikan sayur dari tanaman ini adalah buahnya. Buah okra berbentuk memanjang sampai sekitar 12 cm, bewarna hijau atau merah keunguan, bersegi seperti buah belimbing yang berjumlah 5-8, dan mengandung musilane (lendir) dalam kadar tinggi sehingga enak untuk dibuat sup (Sugianto, 1992).

Okra merupakan sayuran yang sangat terkenal di Thailand, Philipina, India dan di berbagai Negara lainnya. Sedangkan di Indonesia, tanaman okra merupakan sayuran yang hanya sedikit sekali diusahakan oleh petani, (Sutarya dan Gerard, 1995).

Tanaman okra berasal dari Benua Afrika bagian tropik. Sekarang sudah menyebar ke seluruh daerah tropik dan subtropik. Okra di konsumsi buahnya yang masih muda. Buah tersebut dapat dimakan mentah, dimasak, disayur atau dikeringkan. Di restoran dan hotel okra dihidangkan sebagai sup atau asinan. Buah okra mengandung 86% air; 2,2% protein; 0,2% lemak; 9,7% karbohidrat; 1,0% serat dan 0,8% abu (Sumeru, 1995).

Sayur okra mempunyai kegunaan yang baraneka ragam, selain buah mudanya digunakan sebagai sayuran, bijinya yang tua juga sering digunakan untuk campuran kopi konon berkhasiat sebagai jamu (Rachman dan Sudarto, 1991).

Kalimantan Selatan sendiri dalam budidaya sayuran okra sangatlah sedikit karena kurangnya peminat para petani untuk membudidayakannya serta masih banyak petani atau masyarakat yang belum mengetahui sayuran tersebut.

Berdasarkan Laporan Dinas Pertanian  Kalimantan Selatan tahun 2003, menunjukkan bahwa luas lahan kering di Kalimantan Selatan adalah 135.806 ha, dimana 46.650 ha diantaranya ditanami komoditi hortikultura, sedangkan jenis tanah kompleks podsolik tambah laterik yang sering disebut Ultisol seluas 546.557 ha atau 14,77% dari luas wilayah Kalimantan Selatan (37.530,52 km2). Lahan ini sangat berpotensi untuk dikembangkan tanaman okra.

            Tanah Ultisol adalah tanah dengan horizon agrilik bersifat masam, dengan kejenuhan basa rendah, kadar Al tinggi sehingga menjadi racun bagi tanaman, dan kadar unsur hara yang rendah dapat menghambat pertumbuhan tanaman, oleh karena itu diperlukan tindakan pemupukan, pengapuran dan pengelolaan yang tepat (Harjowigeno, 1993).

Pemupukan yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi Tanah Ultisol adalah dengan pemberian bahan organik. Bahan organik yang diberikan bisa berupa pupuk kompos. Unsur lain dari kompos yang variasinnya cukup banyak walaupun kadarnya rendah adalah nitrogen, fospor, kalium, kalsium dan magnesium. Pupuk organik mempunyai fungsi yang penting yaitu memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, menaikan kondisi kehidupan didalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman (Lingga dan Marsono, 2001).

Pupuk organik selain menambah unsuh hara makro dan mikro didalam tanah pupuk organik ini pun terbukti sangat baik dalam memperbaiki struktur tanah pertanian. Pupuk organik tidak lain adalah bahan yang dihasilkan dari pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia (Lingga dan Marsono, 2001).

Dalam era industri sekarang ini masalah limbah industri sering menyita perhatian karena sangat berdampak negatif pada masalah lingkungan. Untuk itu, usaha untuk memproses atau daur ulang limbah organik merupakan cara yang tepat untuk menjaga kelestarian lingkungan. Hasilnya dapat dimanfaatkan untuk mengembalikan kesuburan tanah (Musnamar, 2006).

Limbah media tanam jamur (baglog) yang dihasilkan dari industri budidaya jamur dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku pembuatan kompos, yang dapat menambah unsur hara dalam tanah untuk tanaman tumbuh dan berkembang.

Baglog jamur yang tidak terpakai lagi akan dibuang sehingga menimbulkan limbah. Limbah media tanam jamur tiram adalah bahan yang berasal dari media tanam jamur tiram setelah dipanen. Komposisi limbah tersebut mempunyai kandungan nutrisi seperti 0,7% P; 0,02% K; 0,6% N total dan 49,00% C-organik;  sehingga bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah (Sulaeiman, 2011).

 

Rumusan Masalah

1.         Apakah ada pengaruh pemberian berbagai takaran kompos limbah baglog jamur tiram terhadap pertumbuhan tanaman okra.

2.         Apakah ada salah satu takaran kompos limbah baglog jamur tiram yang dapat memberikan pertumbuhan terbaik pada tanaman okra.

 

Hipotesis

1.         Adanya pengaruh pemberian berbagai takaran kompos limbah baglog jamur tiram terhadap pertumbuhan tanaman okra.

2.         Adanya takaran terbaik kompos limbah baglog jamur tiram terhadap meningkatkan pertumbuhan tanaman okra.

 

Tujuan

1.         Untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai takaran kompos limbah baglog jamur tiram terhadap pertumbuhan tanaman okra.

2.         Untuk mengetahui takaran kompos limbah baglog jamur tiram yang paling terbaik terhadap pertumbuhan okra.

 

Manfaat Penelitian

1.         Dapat memberikan informasi bagi masyarakat tentang bagaimana pemanfaatan limbah baglog jamur tiram untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman okra.

2.         Sebagai bahan acuan untuk mengembangkan lebih lanjut  tentang limbah baglog jamur tiram bagi mahasiswa dan akademik

 

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan

Bahan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah tanah ultisol, benih okra varietas greenie, limbah baglog jamur tiram, EM4, kotoran ayam, gula pasir dan air.

 

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah artco, cangkul, parang, ayakan 2 mm, ember, meteran, penggaris, polibag, plastik kecil, terpal, timbangan 10 kg, gembor, oven, timbangan analitik, amplop coklat, cokbor, jangka sorong, alat tulis kerja dan kamera.

 

Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) 1 faktor tunggal, yang terdiri dari 4 perlakuan 1 kontrol dan 4 ulangan sehingga didapat satuan percobaan berjumlah 20 satuan percobaan. Adapun perlakuannya sebagai berikut:

·         K0 : Tanah kontrol

·         K1 : Tanah + kompos limbah baglog jamur tiram 5 t ha-1 (setara dengan 250 g/tanaman)

·         K2 : Tanah + kompos limbah baglog jamur tiram 10 t ha-1 (setara dengan 500 g/tanaman)

·         K3 : Tanah + kompos limbah baglog jamur tiram 15 t ha-1 (setara dengan 750 g/tanaman)

·         K4 : Tanah + kompos limbah baglog jamur tiram 20 t ha-1 (setara dengan 1000 g/tanaman)

 

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu pada bulan Maret 2017 sampai dengan bulan Juni 2017. Bertempat di Taman Agro Inovasi. Jl. R.O. Ulin Ex. Sub Balitvet Loktabat Selatan Banjarbaru.

 

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan

Pembuatan kompos limbah baglog jamur tiram.

1.   Persiapan bahan baku kompos.

Pada tahap ini limbah baglog jamur tiram dikeringkan terlebih dahulu hingga kadar air kurang lebih 30%. Agar mempermudah proses dekomposisi maka limbah baglog dihancurkan dan dihaluskan terlebih dahulu. Dilanjutkan penimbangan limbah baglog jamur tiram sebesar 30 Kg.

Kotoran ayam juga dikering anginkan terlebih dahulu hingga kadar air kurang lebih 30%. Selanjutnya dihaluskan untuk mempermudah proses dekomposisi kompos. Dilanjutkan penimbangan kotoran ayam sebesar 12 Kg.

Pada pembuatan larutan stok EM4, EM4 dipipet 30 ml. Selanjutnya EM4 tersebut diencerkan dengan 3 liter air dan ditambahkan gula pasir. Kemudian larutan tersebut difermentasi secara anaerob selama 24 jam.

2.   Pembuatan pupuk kompos

Bahan awal pupuk kompos yaitu limbah baglog jamur tiram dan kotoran ayam masing-masing ditimbang 30 Kg dan 12 Kg dicampur hingga merata. Setelah tercampur selanjutnya EM4  dituang pada campuran pupuk kompos tersebut lalu diaduk hingga merata. Selanjutnya adonan tersebut ditutup rapat menggunakan terpal dan di aduk setiap satu hari sekali guna mempercepat dekomposisi.

Pengambilan tanah.

Pengambilan tanah dilakukan dilahan Taman Agro Inovasi, dimana tanah tersebut benar-benar tanah kontrol yang tidak tercampur bahan pupuk serta sampah yang membuat tanah tersebut subur. Alat yang digunakan dalam pengambilan tanah adalah cangkul dan artco. Kemudian tanah tersebut dikering anginkan ditempat teduh. Setelah kering tanah dibersihkan dengan cara diayak menggunakan ayakan dengan ukuran 2 mm.

Persemaian benih okra.

Persemain benih dilakukan dalam plastik kecil dengan ukuran 4 cm x 5 cm.

 

Pelaksanaan

            Persiapan media tanam. Tanah yang sudah siap kemudian ditimbang sebanyak 10 kg, kemudian dicampur dengan kompos yang sudah ditentukan takarannya dengan cara diaduk sampai tercampur rata dan masukan kedalam polibag plastik hitam dengan ukuran 40 cm x 40 cm. Setelah semua tercampur diamkan selama 1 minggu.

            Penanaman. Penanaman okra adalah dengan cara benih okra yang sudah tumbuh dipersemain pada umur 3 minggu setelah semai dengan jumlah daun 4 helai, kemudian dipindahkan ke media tanam polibag, dengan jarak antar polibag  1 m x 0.5 m.

Pemeliharaan. Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, pembersihan gulma, dan pengendalian hama penyakit :

a)      Penyiraman dilakukan dua hari sekali yaitu pada pagi dan sore hari, tergantung cuaca.

b)      Pembersiha gulma  dilakukan saat gulma mulai terlihat tumbuh disekitar tanaman dan juga pada lahan penelitian.

c)      Pengendalian hama pada tanaman dilakukan dengan cara mekanik yaitu mengambil hama tersebut dan cara kimia dengan penyemprotan insektisida.

 

Pengamatan

Tinggi Tanaman.

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan sebanyak 5 kali, yaitu pada minggu ke empat setelah tanam sampai delapan minggu setelah tanam. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal batang sampai ujung batang atas dengan menggunakan alat penggaris dan meteran.

 

 

Diameter Batang.

            Pengukuran diameter batang tanaman dilakukan sebanyak 5 kali, yaitu pada minggu ke empat setelah tanam sampai delapan minggu setelah tanam. Pengukuran diameter batang dilakukan pada batang tanaman 5 cm dari permukaan tanah, dengan menggunakan alat jangka sorong.

Luas Daun (LD).

Pengukuran luas daun dilakukan pada saat tanaman umur 8 minggu setelah tanam. Pengukuran luas daun ditentukan dengan menggunakan rumus :

            Keterangan :    LD       = luas daun

                                    a          = bobot kering bulatan-bulatan daun

                                    b          = bobot kering daun-daun terlubang

                                    n          = jumlah bulatan daun

                                    c          = luas satu bulatan daun

Berat Basah.

            Pengamatan berat basah tanaman dilakukan dengan cara menimbang tanaman menggunakan neraca analitik dengan satuan (gram).

Berat Kering.

            Pengamatan berat kering tanaman dilakukan dengan cara tanaman di Oven selama 2 × 24 jam (2 hari) dengan suhu 70°C. Setelah di Oven kemudian timbang menggunakan neraca analitik dengan satuan (gram).

 

Analisis data

            Data hasil pengamatan di analisis terlebih dahulu dengan uji kehomogenan ragam Barlet. Jika data homogen maka dilanjutkan analisis ragam (ANOVA), tetapi jika tidak homogen maka dilakukan transformasi data untuk menjadi homogen dan selanjutnya dilakukan analisis ragam.

            Analisis ragam dilakukan terhadap data hasil pengamatan dengan menggunakan uji F-hitung dan jika diantara perlakuan terdapat perbedaan sangat nyata atau nyata, maka dilanjutkan dengan Uji BNT/LSD pada tarap α = 5% untuk mengetahui perlakuan yang mana berbeda. Model linear rancangan percobaan RAL-nya adalah sebagai berikut :

 

Yij = µ + αi + ɛij

 

Dimana :

i           : 1, 2, 3, 4, 5 (Perlakuan)

j           : 1, 2, 3, dan 4 (Jumlah ulangan)

Yij       : Nilai pengamatan pada perlakuan ke- i ulangan ke- j

µ          : Rata – rata umum (mean populasi)

αi            : Pengaruh dari perlakuan ke-i ( µi - µ )

É›ij       : Galat percobaan / pengaruh acak dari perlakuan ke-i, ulangan ke-j dan perhitungan analisi ragam, dapat dilihat pada Tabel 1.

              Data semua pengamatan diuji satatistik menggunakan analisis keragaman (anova).

Tabel 1. Analisis ragam

Sumber Keragaman

(SK)

Derajat Bebas

(DB)

Jumlah Kuadrat

(JK)

Kuadrat Tengah

(KT)

F Hitung

F Tabel

5%

F Tabel 1%

Perlakuan

t-1

JK(P)

KT(P)

KTP/KTG

F 0,05

(v1, v2)

F 0,01

(v1, v2)

Galat

t(r-1)

JK(G)

KT(G)

 

To

tr-1

JK(T)

 

 

 

 

Keterangan :

t           : Jumlah perlakuan

r           : Jumlah ulangan

v1         : db perlakuan

v2           : db galat

            Analisis ragam (ANOVA) dengan uji F pada taraf kesalahan 5% dan 1%. Apabila perlakuan yang berpengaruh nyata atau sangat nyata akan dilakukan uji lanjutan dengan uji BNT/LSD (Least Significant Defference) pada selang kepercayaan 95% untuk mengetahui perlakuan mana yang terbaik memberikan pengaruh.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil yang diperoleh dari pengamatan terhadap tinggi tanaman, diameter batang, luas daun, berat basah tanaman dan berat kering tanaman dari hasil analisis ragam yang dilakukan menunjukan bahwa dengan pemberian pupuk kompos limbah baglog jamur tiram berpengaruh sangat nyata.

 

Tinggi Tanaman

 

            Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dengan pemberian takaran kompos limbah baglog jamur tiram berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman okra. Hasil uji LSD dapat dilihat pada Tabel 2.

 

Tabel 2. Hasil rata-rata pengaruh pemberian takaran kompos limbah baglog jamur tiram pada pengamatan tinggi tanaman (cm)

Perlakuan

Tinggi tanaman pada-

 4 mst         5 mst         6 mst         7 mst         8 mst

K0 (tanpa kompos)

   K1 (5 t ha-1)

   K2 (10 t ha-1)

   K3 (15 t ha-1)

   K4 (20 t ha-1)

 8,40a          9,30a         10,50a         11,83a         13,58a

 12,63c        17,13bc      23,00b        29,35b       36,50bc

 11,13b        15,75b           22,63b        28,43b      35,75b

 11,75bc       16,50bc      22,88b        28,50b        35,63b

 12,88c         17,53c       24,13b        30,13b      38,75c

Keterangan : Angka-angka yang yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji LSD pada taraf 5%.

 

Pada Tabel 2 dapat dilihat tinggi tanaman 4 mst, 5 mst, 6 mst, 7 mst dan 8  mst. Tinggi tanaman 4 mst tertinggi terdapat pada tanaman dengan pemberian perlakuan takaran kompos 20 t ha-1 (12,88 cm), tetapi tidak berbeda dengan takaran kompos 5 t ha-1 (12,63 cm) dan 15 t ha-1 (11,75 cm). Sedangkan yang terendah didapatkan pada tanaman yang tidak diberi perlakuan kompos (8,40 cm).

Tinggi tanaman 5 mst tertinggi terdapat pada tanaman dengan pemberian perlakuan takaran kompos 20 t ha-1 (17,53 cm) tetapi tidak berbeda dengan takaran kompos 5 t ha-1 (17,33 cm) dan 15 t ha-1 (16,50 cm). Sedangkan yang terendah didapatkan pada tanaman yang tidak diberi perlakuan kompos (9,30 cm).

Tinggi tanaman 6 mst perlakuan tanpa pemberian kompos berbeda dengan semua perlakuan yang diberi takaran kompos. Tanaman tertinggi terdapat pada tanaman dengan pemberian perlakuan takaran 20 t ha-1 (24,13 cm), tetapi tidak berbeda dengan perlakuan takaran 5 t ha-1, 10 t ha-1 dan 15 t ha-1.

Tinggi tanaman 7 mst perlakuan tanpa pemberian kompos berbeda dengan semua perlakuan yang diberi takaran kompos. Tanaman yang tertinggi terdapat pada tanaman dengan pemberian perlakuan takaran 20 t ha-1 (30,13 cm) tetapi tidak berbeda dengan perlakuan takaran 5 t ha-1, 10 t ha-1 dan 15 t ha-1.

Tinggi tanaman 8 mst tertinggi terdapat pada tanaman dengan pemberian perlakuan takaran kompos 20 t ha-1 (38,75 cm) tetapi tidak berbeda dengan takaran kompos 5 t ha-1 (36,50 cm). Sedangkan yang terendah didapatkan pada tanaman yang tidak diberi perlakuan kompos (13,58 cm).

 

Diameter Batang

 

            Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dengan pemberian takaran kompos limbah baglog jamur tiram berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman okra. Hasil uji LSD dapat dilihat pada Tabel 3.

 

Tabel 3. Hasil rata-rata pengaruh pemberian takaran kompos limbah   baglog jamur tiram pada pengamatan diameter batang tanaman (mm)

Perlakuan

Tinggi tanaman pada-

4 mst         5 mst         6 mst         7 mst         8 mst

K0 (tanpa kompos)

K1 (5 t ha-1)

K2 (10 t ha-1)

K3 (15 t ha-1)

K4 (20 t ha-1)

2,38a          2,80a         3,13a          4,10a              4,65a

6,08b          8,60b         9,88b         11,58b        12,78b

6,03b          9,45bc           11,48c        14,28c       15,35c

6,65b          9,70c         11,70c        14,30c        15,25c

6,53b          9,75c         12,55c        15,05c       16,93d

Keterangan : Angka-angka yang yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji LSD pada taraf 5%.

Pada Tabel 3 dapat dilihat diameter batang 4 mst, 5 mst, 6 mst 7 mst, dan 8 mst. Diameter batang 4 mst perlakuan tanpa pemberian kompos berbeda nyata dengan semua perlakuan yang diberi takaran kompos. Tanaman diameter batang hasil tertinggi terdapat pada tanaman dengan pemberian perlakuan takaran 15 t ha-1 (6,65 mm) tetapi tidak berbeda dengan perlakuan takaran 5 t ha-1, 10 t ha-1 dan 20 t ha-1.

Pada diameter batang 5 mst hasil tertinggi terdapat pada tanaman dengan pemberian perlakuan takaran kompos 20 t ha-1 (9,75 mm) tetapi tidak berbeda dengan takaran kompos 10 t ha-1 (9,45 mm) dan 15 t ha-1 (9,70 mm). Sedangkan diameter batang hasil terendah didapatkan pada tanaman yang tidak diberi perlakuan kompos (2,80 mm).

Pada diameter batang 6 mst hasil tertinggi terdapat pada tanaman dengan pemberian perlakuan takaran kompos 20 t ha-1 (12,55 mm) tetapi tidak berbeda dengan takaran kompos 10 t ha-1 (11,48 mm) dan 15 t ha-1 (11,70 mm). Sedangkan diameter batang hasil terendah didapatkan pada tanaman yang tidak diberi perlakuan kompos (3,13 mm).

Pada diameter batang 7 mst hasil tertinggi terdapat pada tanaman dengan pemberian perlakuan takaran kompos 20 t ha-1 (15,05 mm) tetapi tidak berbeda dengan takaran kompos 10 t ha-1 (14,28 mm) dan 15 t ha-1 (14,30 mm). Sedangkan diameter batang hasil terendah didapatkan pada tanaman yang tidak diberi perlakuan kompos (4,10 mm).

Pada diameter batang 8 mst hasil tertinggi terdapat pada tanaman dengan pemberian perlakuan takaran kompos 20 t ha-1 (16,93 mm) berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan diameter batang hasil terendah didapatkan pada tanaman yang tidak diberi perlakuan kompos (4,65 mm).

 

Luas Daun

 

            Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dengan pemberian takaran kompos limbah baglog jamur tiram berpengaruh sangat nyata terhadap luas daun tanaman okra. Hasil uji LSD dapat dilihat pada Tabel 4.

 

 

 

Tabel 4. Hasil rata-rata pengaruh perlakuan takaran kompos limbah baglog jamur tiram terhadap luas daun pada 8 minggu setelah tanam (mst)

Perlakuan

Luas Daun (cm)

K0 (kontrol)

15,58a

K1 (5 t ha-1)

32,17b

K2 (10 t ha-1)

39,50c

K3 (15 t ha-1)

47,85d

K4 (20 t ha-1)

56,05e

Keterangan : Angka-angka yang yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji LSD pada taraf 5%.

 

Tabel 4 di atas menunjukan bahwa luas daun tanaman dengan pemberian takaran kompos limbah baglog jamur tiram pada 8 mst memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap semua perlakuan. Perlakuan takaran kompos 20 t ha-1 menghasilkan luas daun tertinggi dari perlakuan lainnya dengan hasil (56,05 cm).

 

Berat Basah Tanaman

 

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dengan pemberian takaran kompos limbah baglog jamur tiram berpengaruh sangat nyata terhadap luas daun tanaman okra. Hasil uji LSD dapat dilihat pada Tabel 5.

 

Tabel 5. Hasil rata-rata pengaruh perlakuan takaran kompos limbah baglog jamur tiram terhadap berat basah tanaman 8 minggu setelah tanam (mst)

Perlakuan

Berat Basah (gram)

K0 (kontrol)

2,49a

K1 (5 t ha-1)

8,83b

K2 (10 t ha-1)

12,82c

K3 (15 t ha-1)

13,72cd

K4 (20 t ha-1)

14,53d

Keterangan : Angka-angka yang yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji LSD pada taraf 5%.

 

Pada Tabel 5 dapat dilihat berat basah tanaman 8 mst hasil tertinggi terdapat pada tanaman dengan pemberian perlakuan takaran kompos 20 t ha-1 (14,53 gram) tetapi tidak berbeda dengan takaran kompos 15 t ha-1 (13,72 gram). Sedangkan berat basah hasil terendah didapatkan pada tanaman yang tidak diberi perlakuan kompos (2,49 gram).

 

Berat Kering Tanaman

 

Hasil analisis ragam (Lampiran 18) pada berat kering tanaman yang telah dilakukan pengovenan selama 2 × 24 jam (2 hari) dengan suhu 70°C, menunjukkan bahwa dengan pemberian takaran kompos limbah baglog jamur tiram berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering tanaman okra. Hasil uji LSD dapat dilihat pada Tabel 6.

 

Tabel 6. Hasil rata-rata pengaruh perlakuan takaran kompos limbah baglog jamur tiram terhadap berat kering tanaman 8 minggu setelah tanam (mst)

Perlakuan

Berat Kering (gram)

K0 (kontrol)

1,06a

K1 (5 t ha-1)

3,71b

K2 (10 t ha-1)

4,81c

K3 (15 t ha-1)

5,22cd

K4 (20 t ha-1)

5,46d

Keterangan : Angka-angka yang yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji LSD pada taraf 5%.

 

Pada Tabel 6 dapat dilihat berat kering tanaman 8 mst hasil tertinggi terdapat pada tanaman dengan pemberian perlakuan takaran kompos 20 t ha-1 (5,46 gram) tetapi tidak berbeda dengan takaran kompos 15 t ha-1 (5,22 gram). Sedangkan berat basah hasil terendah didapatkan pada tanaman yang tidak diberi perlakuan kompos (1,06 gram).

 

Pembahasan

            Pertumbuhan tanaman adalah aktivitas tanaman dalam melakukan pembelahan, pembesaran (pendewasaan) dan diferensiasi sel yang prosesnya dikendalikan oleh gonotipe dan lingkungan (Herawati Susilo, 1991).

            Pertumbuhan tanaman merupakan proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin bertambah besar dan juga bisa menentukan hasil dari tanaman. Pertumbuhan tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari pertambahan ukuran tanaman akibat dari pertambahan jaringan sel yang dihasilkan oleh pertumbuhan sel (Wahyuni, 1999).

            Pemberian bahan organik ke tanah dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan bilogi tanah. Sifat fisik tanah dapat meningkatkan kemampuan tanah untuk menyimpan air dan menggemburkan tanah. Sifat kima tanah yaitu menyediakan nutrisi untuk tanaman tumbuh dan berkembang. Sedangkan sifat biologi tanah yaitu sebagai sumber energi bagi mikroorganisme dalam tanah. Hal ini sejalan dengan pendapat Sarwono dan Hardjowigeno (1987), bahwa bahan organik memiliki peranan kimia didalam menyediakan N, P dan K untuk tanaman. Peranan biologi didalam mempengaruhi aktivitas organisme mikroflora dan mikrofauna, serta memiliki peranan yang penting didalam memperbaiki struktur tanah, meningkatkan  kapasitas tukar kation dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air.

            Pernyataan Hakim, et. al., (1986), bahwa pupuk organik mempunyai kelebihan secara fisik yaitu dapat mengemburkan tanah lapisan atas,meningkatkan kadar humus, membantu melarutkan unsur-unsur, mengurangi kebutuhan pupuk dengan menciptakan sistem aerasi tanah, meningkatkan daya simpan air dan memperbaiki struktur tanah.

            Menurut Murbandono (1995), bahwa pemberian kompos akan memperbaiki sifat fisik tanah yang menyebabkan tanah lebih gembur dan kandungan airnya lebih tinggi, sehingga proses pengambilan unsur hara dan air dari akar ke daun berlangsung baik. Dengan terbentuknya daun, maka aktivitas fotosintesisis akan berlangsung, sehingga dibutuhkannya unsur hara yang tersedia bagi tanaman. Unsur hara yang tersedia akan dapat menunjang pertumbuhan tanaman tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Sarief (1986), bahwa pemberian pupuk organik yang tepat dapat memperbaiki kualitas tanah, tersedianya air yang optimal sehingga memperlancar serapan hara tanaman serta merangsang pertumbuhan akar.

            Pengamatan tinggi tanaman dan diameter batang pada penelitian menunjukkan bahwa dengan pemberian pupuk kompos limbah baglog jamur tiram memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi dan diameter batang yang lebih besar terhadap tanaman okra, dibandingkan tanpa pemberian pupuk kompos limbah baglog. Hal tersebut membuktikan bahwa pupuk kompos limbah baglog jamur tiram mengandung unsur hara makro yang sangat diperlukan tanaman seperti N, P dan K  untuk pertumbuhan vegetatif tanaman tersebut. Unsur hara yang terkandung dalam kompos limbah baglog jamur tiram dapat dilihat pada (Lampiran 1). Menurut Novizan (2005, tinggi tanaman banyak dipengaruhi oleh nitrogen. Nitrogen adalah komponen utama dari berbagai substansi penting di dalam tanaman. Nitrogen dibutuhkan dalam jumlah relatif besar pada setiap pertumbuhan, khususnya pada tahap pertumbuhan vegetatif, seperti pembentukan tunas atau perkembangan batang dan daun. Jika tanaman mengalami kekurangan nitrogen maka pertumbuhan tanaman akan menjadi lambat dan kerdil. Semakin tinggi suatu tanaman maka akan semakin banyak jumlah cabang tanaman, sehingga semakin banyak jumlah cabang tanaman  juga akan semakin meningkatkan jumlah daun yang dihasilkan.

            Pada luas daun dengan pemberian takaran pupuk kompos limbah baglog jamur tiram yang lebih tinggi mampu memberikan hasil tertinggi terhadap luas daun tanaman okra, dibandingkan dengan kontrol (tanpa pemberian). Hal ini sejalan dengan penelitian Fatahillah (2014), menyatakan pemberian pupuk organik vermikompos dengan dosis 1 (satu) kg dicampur dengan tanah 10 kg (P1) memberikan hasil yang tertinggi terhadap luas daun. Berdsarkan uji lanjut perlakuan P1 menghasilkan rata-rata luas daun tertinggi, selanjutnya P2 kemudian P3, hasil yang terendah ditunjukkan oleh P0 sebagai kontrol yaitu 23-25 cm. Keempat perlakuan ini berbeda nyata pada pertambahan luas daun dan masing-masing perlakuan memberi pengaruh yang berbeda. Serta semakin tinggi dosis pupuk organik vermikompos yang diberikan pada penelitian ini semakin berpengaruh terhadap luas daun tanaman.

             Pada berat basah tanaman pemberian kompos limbah baglog jamur tiram memberikan hasil tertinggi dengan takaran 20 t ha-1 tetapi tidak berpengaruh terhadap takaran 15 t ha-1. Hal ini disebabkan media yang diberikan tersebut menyediakan unsur hara yang cukup. Dengan demikian baiknya hara yang terserap oleh tanaman, ketersediaan bahan dasar bagi proses fotosintesis akan semakin baik pula. Proses fotosintesis yang berlangsung dengan baik, akan memacu penimbunan karbohidrat dan protein sebagai akumulasi hasil proses fotosintesis akan berpengaruh pada berat basah tanaman (Fatimah, et. al., 2008).

            Berat basah tanaman juga mempengaruhi  terhadap berat kering tanaman, namun berat kering tanaman yang memberikan hasil tertinggi terjadi pada perlakuan dengan takaran kompos 20 t ha-1 tetapi tidak berpengaruh dengan perlakuan takaran kompos 15 t ha-1.  Hal ini disebabkan terjadinya suplai hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif yang baik mengakibatkan akumulasi pada berat kering meningkat. Menurut pernyataan Soepardi (1983), bahwa untuk pertumbuhan  dan produksi tanaman yang baik diperlukam keseimbangan unsur hara dalam jumlah optimal, sehingga kebutuhan tanaman akan metabolisme dapat dipenuhi. Menurut Prawirtna dan Tjondronegoro (1995), berat kering tanaman mencerminkan status nutrisi tanaman dan berat kering tanaman merupakan indikator yang menentukan baik tidaknya suatu tanaman.

 

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

 

Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah :

1.      Pada kompos limbag baglog jamur tiram memberikan pengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, luas daun berat basah dan berat kering tanaman.

2.      Takaran 5 t ha-1 kompos limbah baglog jamur tiram memberikan tinggi tanaman terbaik.

3.      Pada kompos limbah baglog jamur tiram dengan takaran 20 t ha-1 memberikan diameter batang tanaman, luas daun, berat basah dan berat kering tanaman hasil tertinggi.

 

Saran

1.         Perlu adanya penelitian ulang dengan perlakuan yang sama terhadap penelitian ini dilaksanakan di lapangan.

2.         Disarankan untuk penanaman okra menggunkan takaran pupuk kompos limbah baglog jamur tiram sebesar 15 t ha-1.

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Dinas Pertanian Kalimantan Selatan 2003. Laporan Luas Lahan Kalimantan Selatan. Dinas Pertanian. Banjarbaru. Hal 6.

 

Fatahillah, 2014. Pengaruh Vermikompos Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Cabai Merah Besar di Kelurahan Mangalli Kecamatan Palangga Kabupaten Gowa. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin. Makassar.

 

Fatimah, Siti, Hardanto dan B. Meryanto. 2008. Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata, Ness). Fakultas Pertanian Unijoyo.

 

Hakim, N., Nyakpa M. Y., Nugroho, S. G., Lubis, A. M., Saul, M. R., Diha, M. A., Hong, G. B. dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu tanah. Universitas Lampung. Lampung.

 

Harjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Podogenesis. Akademika Pressindo. Jakarta.

 

Herawati Susilo. 1999. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan dari Gardner, F. P, R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

 

Lingga, P dan Marsono, 2001. Petunjuk   Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

 

Murbandono, H. S. 1995. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.

 

Musnamar, E. I. 2006. Pupuk Organik: cair dan padat, pembuatan, aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.

 

Novizan, 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.

 

Prawiratna, W. S dan H. P. Tjondonegoro. 1995. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan II. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor

 

Rachman, A. K dan Y. Sudarto, 1991. Bertanam Okra. Kanisius Yogyakarta.

 

Sarwono dan Hardjowigeno, 1987. Ilmu Tanah. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

 

Sarief, E. Saifuddin. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka.

 

Soepardi. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian Instuti Pertanian Bogor. Bogor.

 

Sumeru, A. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.

 

Sulaeiman, D. 2011. Efek Kompos Limbah Baglog Jamur Tiram Putih Terhadap Sifat Fisik Tanah Serta Pertumbuhan Bibit Markisa Kuning. Skripsi. Fakultas Pertanian. Bogor.

 

Sutarya, R dan Gerard Grubben 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Gadjah Mada University Press. Bandung.

 

Sugianto, J. 1992. Sayur Komersial/ Tim Penulis PS. Penebar Swadaya. Jakarta.

 

Wahyuni, S dan Hadipoentyani, E. 1999. Karakteristik Paniculatum Gaertn dan Talinum Triangulare Willd. Warta Tumbuhan Obat Indonesia 5 (4): 5-6.

 

Lampiran

Lampiran 1. Data hasil analisis kompos limbah baglog jamur tiram

No

Kode Sampel

C

N

P

K

pH

-%-

H2O

1

Kompos

0,83

2,03

0,61

1,78

8,40

 

 

 

 

 


Comments

Popular posts from this blog

OIL PALM BIOENERGY CROPPING: THE CHANGE of SOIL QUALITY

Pengaruh Konsentrasi GA3 Dan Kinetin Pada Dua Media Terhadap Pertumbuhan Planlet Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Pada Tahap Subkultur

Pengaruh Aplikasi Kompos Berbahan Utama Ampas Kopi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.)

TERBARU

loading...